Find Us On Social Media :

5 Tradisi Perayaan Malam Satu Suro, 1 Muharram 1440 Hijriah di Jawa

By Novita Desy Prasetyowati, Sabtu, 1 September 2018 | 21:45 WIB

5 Tradisi Perayaan Malam Satu Suro, 1 Muharram 1440 Hijriah di Jawa

Laporan Wartawan Grid.ID, Novita D Prasetyowati

Grid.ID - Perayaan malam tahun baru Islam atau 1 Muharram jatuh pada tanggal 11 September 2018 mendatang.

Di Jawa, tanggal 1 Muharram bertepatan dengan hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Sura atau Suro.

Malam 1 Suro biasanya diperingati sehabis Magrib pada tanggal 10 September 2018 mendatang.

BACA JUGA: Pasangan di Film Scooby-Doo Rayakan Ulang Tahun Pernikahan ke-16, Langgeng!

Dalam tradisi Jawa, malam 1 Suro dianggap keramat sehingga sering diadakan berbagai perayaan tradisional.

Meskipun dianggap keramat, tetapi tidak jarang orang penasaran dengan perayaan yang diselenggarakan.

Berikut ini 5 tradisi menyambut malam 1 Suro di beberapa daerah di Jawa.

BACA JUGA: Foto Lagi Tidur, Wajah Iis Dahlia Justru Banjir Pujian Netizen

1. Yogyakarta

Di Keraton Yogyakarta, terdapat sebuah tradisi yang dikenal dengan sebutan ritual Lampah Mubeng atau Mubeng Benteng (mengelilingi Beteng).

Mengutip dari artikel terbitan Bangkapos.com, tradisi Mubeng Beteng merupakan simbol refleksi dan instropeksi diri orang Jawa pada malam 1 Suro.

Ritual Mubeng Benteng dilaksanakan dengan berkeliling kawasan kompleks keraton pada malam hari sebagai wujud dari bentuk perenungan untuk selalu melakukan instropeksi diri.

BACA JUGA: Rumah Bekas Pembunuhan Sadis Ini Laku dengan Harga Lumayan Unik

Selama mengelilingi benteng dalam ritual ini, semua peserta harus melakukan tapa bisu (tidak berbicara ataupun bersuara), serta tidak makan, minum, atau merokok.

Ritual tradisi ini dibuka untuk umum dan siapa saja boleh ikut mengelilingi kompleks keraton.

Dalam mengelilingi benteng, jarak yang ditempuh mencapai lima kilometer.

BACA JUGA: Rumah Bekas Pembunuhan Sadis Ini Laku dengan Harga Lumayan Unik

2. Surakarta

Sementara itu, di Keraton Surakarta terdapat tradisi lain yang tak kalah unik.

Seperti yang diberitakan oleh Tribun Jatim, Keraton Kasunanan Surakarta biasanya menyambut tahun baru Islam dengan tradisi Kirab Kebo Bule.

Kirab Kebo Bule biasa dilakukan pada malam hari, dan menjadi salah satu acara yang paling dinanti-nanti masyarakat Solo.

Kebo atau kerbau bule yang dimaksud adalah Kebo Bule Kyai Slamet yang dipercaya memiliki nilai spiritual tersendiri.

BACA JUGA: Penuh Perjuangan, Novita Angie Bagi Pengalaman Ajak Anaknya Nonton Asian Games 2018

Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas Said, leluhur kebo bule ini adalah hewan kesayangan Paku Buwono II.

Biasanya, orang-orang yang menonton kirab akan saling berebut untuk menyentuh tubuh kebo bule dan mendapatkan kotorannya.

Kotoran kerbau ini nantinya akan digunakan sebagai pupuk dan diidentikkan dengan keberkahan hasil tanam.

BACA JUGA: Unggah Video Bareng Dwi Andhika, Lucinta Luna: Temen Seperjuangan

3. Temanggung

Dilansir dari laman Tribun Jogja, ritual 1 Suro di Traji, Parakan, Temanggung, dimulai dengan berjalan dari Kantor Balai Desa Traji menuju sendang, sambil membawa gunungan berisi hasil bumi dan sesaji.

Setelah sampai di sendang Sidhukun, Lurah Traji beserta istrinya yang telah mengenakan busana pengantin adat Jawa, menjalankan ritual pernikahan.

Prosesi pernikahan tersebut juga berlangsung dalam adat Jawa.

Begitu selesai, Lurah akan membacakan doa-doa, lalu dilanjutkan dengan rebutan gunungan oleh warga.

Setelah ritual di sendang selesai, Lurah bersama istri akan kembali ke Balai Desa.

BACA JUGA: Jangan Panik Saat Lupa Password Ponsel! Ada 2 Cara Mudah Mengatasinya

4. Malang

Warga Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, melakukan kirab sesaji mengelilingi desa di kawasan Gunung Kawi. Mereka yang terlibat ritual harus mengenakan pakaian tradisional Jawa.

Setelah berkeliling desa, sesaji dan gunungan akan dibawa ke makam Eyang Junggo dan Iman Soedjono.

Setelah dibacakan doa-doa, gunungan itu akan diperebutkan oleh warga yang menyaksikan.

Puncak perayaan 1 Suro di Gunung Kawi berupa pembakaran sangkala, yakni patung raksasa yang melambangkan sifat jahat.

Dengan ritual ini, masyarakat diharapkan dapat dijauhkan dari sifat jahat, tamak, serta terhindar dari malapetaka.

BACA JUGA: Ajarkan Hal-hal Sederhana Ini Pada Anak Untuk Mencegah Penculikan Oleh Orang Tak Dikenal

5. Kediri

Warga sekitar Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kediri, menggelar ritual khusus di Petilasan Pamuksan Sri Aji Joyoboyo.

Rangkaian ritual ini dimulai dengan pemberangkatan berbagai sesaji, yang dibawa dari rumah juru kunci menuju petilasan.

Setelah sampai di petilasan, sesepuh desa akan membacakan doa-doa, dilanjutkan dengan membakar bunga melati.

Pada pagi harinya, dilanjutkan dengan arak-arakan pusaka dari Balai Desa menuju petilasan. Warga yang ikut arak-arakan harus memakai busana tradisional.

BACA JUGA: Sering Disangka Laki-laki, Tapi Hal Ini Sering Jadi Rebutan Manganang Bersaudara

Sesampainya di petilasan, sebuah ritual akan dilakukan untuk menyucikan pusaka.

Setelah itu, ritual dilanjutkan dengan penaburan bunga setaman di petilasan.

Nah, itulah kelima tradisi Jawa dalam memeringati hari tahun baru Islam atau 1 Muharram.

Kalau di daerahmu, ada tradisi unik apa saat tahun baru Islam 1 Muharram?

(*)