Find Us On Social Media :

Nilai Tukar Rupiah Tembus Rp 15 Ribu, Masyarakat Dihimbau untuk Berhemat

By Tata Lugas Nastiti, Rabu, 5 September 2018 | 09:20 WIB

Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla

Laporan Wartawan Grid.ID, Tata Lugas Nastiti

Grid.ID - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat semakin merosot.

Dikutip Grid.ID dari berbagai sumber, Rabu (5/9/2018) nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat mencapai Rp 14.975 per dolar.

Baca Juga : Contek Gaya Marion Jola Saat Manggung dengan Fashion Item Mulai dari 219 Ribu Rupiah

Diberitakan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menembus angka Rp 15.029 pada Selasa (4/9/2018) malam.

BACA JUGA: Kualitas Warna, Baterai yang Awet, dan Adanya Fitur Editing Cuma Bisa Kamu Dapat dengan Hal Ini

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan salah satu pemicu melemahnya rupiah terhadap dolar AS adalah kurang optimalnya perdagangan di dalam negeri.

Menanggapi kejadian ini, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla angkat bicara.

Baca Juga : Tampil Manis dan Feminin ala Prilly Latuconsina dengan Rekomendasi Fashion Item Mulai dari 29 Ribu Rupiah

Dilansir Grid.ID dari Kompas, Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla meminta masyarakat untuk berpartisipasi positif membantu pemerintah.

BACA JUGA: Pesawat Jatuh yang Diawaki Vokalis Endank Soekamti Dievakuasi ke Yogyakarta

Dalam wawancaranya, Jusuf Kalla menghimbau masyarakat untuk berhemat dalam rangka membantu pemerintah mengurangi impor.

Pengurangan impor ini bermaksud untuk mengatasi lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Kita tidak perlu impor barang mewah, tidak usah Ferrari, Lamborghini masuk. Tidak yang mewah-mewah, tidak usah parfum mahal atau tas Hermes," ujar Jusuf Kalla.

BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Semakin Melemah, Analis Sarankan Harga BBM Naik

Selain itu, konten lokal juga akan ditingkatkan agar efesiensi ekspor dapat berjalan.

Jusuf Kalla juga mengatakan pemerintah akan berupaya menggerakkan laju ekspor sumber daya alam Indonesia dan menurunkan laju impor.

Wawancara lebih lengkapnya dapat disimak di channel YouTube Kompas TV berikut ini!

(*)