Find Us On Social Media :

Berjuang Hidup Dua Hari dengan Separuh Badan Tertanam di Tanah, Korban Gempa Alami Halusinasi Saat Dievakuasi Petugas

By Chandra Wulan, Selasa, 9 Oktober 2018 | 12:53 WIB

Lumpur yang keluar dari perut bumi pasca-gempa bermagnitudo 7,4 menenggelamkan rumah-rumah di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan

Grid.ID - Fenomena likuifaksi terjadi pasca gempa 7,4 SR mengguncang Palu, Sigi, dan Donggala pada 28 September 2018 lalu.

Likuifaksi merupakan peristiwa alam di mana tekanan tanah berkurang hingga mendekati atau sama dengan nol.

Akibatnya, muncul lumpur ke permukaan bumi dan terjadi pergeseran tanah.

Salah satu wilayah yang terdampak likuifaksi adalah Kelurahan Balaroa, Palu Barat, Provinsi Sulawesi Tengah.

Evakuasi korban rupanya juga mengalami banyak kendala, utamanya karena kurang personel.

Kisah pilu datang dari Perumnas Balaroa, di mana salah satu korban bernama Nurul Istihara harus menunggu dua hari untuk bisa diselamatkan.

Baca Juga : Citra Satelit Ungkap Kondisi Petobo Sebelum dan Sesudah Likuifaksi Usai Gempa Palu

Dilansir dari Antara, petugas Basarnas menerima laporan ada korban yang masih hidup di Perumnas Balaroa.

Dari laporan masyarakat, korban diketahui selamat namun terjebak dalam reruntuhan bangunan.

Satu tim kecil Basarnas pun langsung diterjunkan menuju lokasi.

Tanpa penerangan, tim bergerak menyusuri jalanan kampung yang telah porak poranda dan sebagian membentuk bukit.

Terdengar suara sayup-sayup orang minta tolong namun tidak jelas di mana posisinya.

Tim Basarnas meminta semuanya tetap fokus agar tidak terpengaruh oleh suara-suara tersebut.

Baca Juga : Inilah Penampakan Fenomena Likuifaksi dan Bukit Terbelah di Sulteng yang Dibagikan Sutopo Purwo Nugroho

Saat tiba di lokasi, dijumpai Nurul yang sesekali membuka dan menutup matanya akibat kelelahan.

Dua hari ia berjuang hidup dengan separuh badan tertanam di dalam tanah.

Di sampingnya, jasad ibunya tertanam dengan posisi berdiri.

Risni, ibunya, meninggal sehari sebelumnya.

Yusuf ayah Nurul berusaha menjaga kondisi putrinya.

Terlihat jelas bekas sisa nasi di piring dengan lauk telur dadar beserta botol air mineral.

Baca Juga : Akibat Likuifaksi Gempa Palu, Desa Jono Oge Bergeser Sejauh 3 Km

Kondisi Nurul semakin parah karena di tempatnya terperangkap, terbentuk kubangan dari air PAM yang bocor.

Anggota tim mencoba mengajak Nurul mengobrol agar terus sadar.

Nurul juga diberi air minum agar tidak dehidrasi di tengah terik matahari.

"Saya mau tidur, pulang semua, apa kalian bikin dari rumah saya, jangan ganggu, saya mau tidur, pergi sana semua saja," Nurul berhalusinasi.

Evakuasi berlangsung dramatis selama 14 jam.

Nurul segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

Baca Juga : Kisah Haru Korban Selamat Fenomena Likuifaksi Gempa Palu, Sempat Terbawa Tanah dan Kehilangan Istri

Kondisi tubuhnya sangat lemah.

Tangan dan kakinya keriput karena kedinginan terendam dalam kubangan tanah yang teraliri bocoran air PAM.

Badannya kram akibat terjepit dan terendam air.

Jasad ibunya juga dimasukkan ke dalam kantung mayat lalu dibawa ke rumah sakit setempat.

Dilansir dari Kompas.com, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan hingga kini masih ada sekitar lima ribu orang yang tertimbun.

Wilayah terparah yang terkena dampak likuifaksi adalah Balaroa dan Petobo.

Baca Juga : Lumpur Mengubur Kelurahan Petobo, Seorang Wanita Tertimbun Saat Menggendong Anaknya

(*)