Find Us On Social Media :

Anak Generasi Millennials Berani Melakukan Hubungan Seks di Luar Nikah, Salah Siapakah?

By Ridho Nugroho , Senin, 8 Mei 2017 | 00:52 WIB

Psikolog Ayoe Sutomo memaparkan soal fenomena seks pranikah di kalangan generasi millennials.

Laporan Wartawan Grid.ID, Nailul Iffah

Grid.ID – Seks di luar nikah nampaknya menjadi satu tindakan yang dianggap ‘biasa’ dan mungkin saja malah dikira tren bagi usia anak zaman sekarang.

Berciuman, berpelukan, mengumbar kemesraan, mempertontonkan aurat dan bagian intim tubuh lainnya juga dianggap sebagai hal biasa yang justru dinilai ‘keren’ dan modern sekarang.

Mungkin di antara kamu ada yang pernah mengalaminya atau melihat anak remaja di sekeliling sekarang.

(BACA JUGA: Ini 9 Foto yang Jadi Bukti Kalau Tubuh Seksi Langsing Cinta Laura Itu #BodyGoals Cewek Millennials)

Seks maupun kebiasaan ‘dewasa’ di luar nikah menjadi konsumsi sehari-hari yang sulit dilepaskan dari kehidupan generasi millennials sekarang.

Lalu, salah siapakah hal ini?

Orangtuanya? Lingkungannya? Sekolah atau institusi pendidikannya? Teman-teman sekitarnya atau salah anaknya sendiri?

Kepada Grid.ID, psikolog terkenal Ayoe Sutomo menuturkan secara terbuka dengan jawaban yang mengejutkan.

(BACA JUGA: Ternyata Ini Penyebab Karier Generasi Millennials Sering ‘Mandek’ dan Disebut Tidak Profesional)

"Jadi bila anak sekarang susah diatur jangan salahkan dia tapi dimana peran orangtua pada masa itu. Lingkungan pada masa remaja menjadi faktor utama dimana anak sedang mencari jati diri dan sesuatu yang diucapkan teman menjadi hal penting untuk dilakukan,” ujar Ayoe pada Grid.ID .

Ayoe mencontohkan misalnya anak mulai berani melakukan hubungan diluar nikah layaknya pasangan suami istri.

Langkah ini dilakukan atas paksaan dan dorongan dari teman atau kekasih sebagai tolok ukur mereka saling menyayangi.

(BACA JUGA: Hubungan Seksual dI Luar Nikah, Pikirkan Akibatnya Sebelum Melakukan)

Anak berani melakukan hubungan terlarang karena konsep diri yang rendah, tidak punya nilai unggul dan rapuhnya jiwa anak.

Salah satu cara untuk mengontrol anak adalah dengan menjadi teman baiknya, pujilah anak ketika ia berhasil unggul dalam satu kegiatan.

“Meskipun hal ini dianggap sederhana namun anak akan merasa dirinya dihargai dan dibutuhkan,” tambah Ayoe.

Jika kamu berteman dengan anak di media social tetaplah menghargai privasi anak, dengan tidak asal komen.

“Karena bila salah anak akan merasa malu dan jadi bahan cemooh oleh temannya,” tutup Ayoe.