Find Us On Social Media :

Kepalanya Dihargai Rp 14 Milliar, Inilah Sosok Joanna Palani, Sniper Cantik yang Paling Dicari Tentara ISIS

By Maria Andriana Oky, Kamis, 27 Juni 2019 | 16:15 WIB

Kepalanya Dihargai Rp 14 Milliar, Inilah Sosok Joanna Palani, Sniper Cantik yang Paling DicariTentara ISIS

Grid.ID - Tak banyak yang tahu siapa itu Joanna Palani.

Joanna Palani tidak begitu terkenal di kalangan masyarakat biasa, namun di dunia kemiliteran, namanya cukup terkenal.

Joanna Palani adalah seorang sniper atau penembak jitu dari Denmark, yang bergabung dengan Unit Perlindungan Wanita Kurdi (YJP) dalam upaya melawan organisasi ISIS.

Palani merupakan perempuan berkewarganegaraan Denmark, yang dikenal akan kisahnya terlibat dalam peperangan melawan ISIS di Suriah.

Baca Juga: Kisah Joanna Palani, Snipper Cantik Paling Dicari yang Berhasil Lumpuhkan 100 Tentara ISIS

Memiliki paras yang cantik bak seorang model, rupanya Joanna Palani memiliki kemampuan seorang sniper yang luar biasa.

Bahkan keberanian dan kemampuannya, membuat Joanna Palani menjadi sniper yang paling dicari oleh pejuang ISIS.

Melansir dari laman Dailymail, perempuan yang dijuluki Lady Death ini mengakui bahwa ia telah membunuh 100 orang anggota ISIS.

Akibatnya, Palani diburu oleh ISIS, dan kepalanya dihargai hingga 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 14 miliar bagi siapa saja yang bisa menangkapnya.

Baca Juga: Sosok Pemimpin ISIS Paling Kejam, Pernah Penggal Kepala Sambil Live Streaming hingga Bakar Tawanan Hidup-hidup

Mengutip Kompas.com, Kalani lahir di sebuah kamp pengungsian di Gurun Ramadi, Irak, Selama Perang Teluk 1993, yang kemudian bermigran ke Denmark saat usianya masih 3 tahun.

Gadis blasetran Iran-Kurdi ini harus meninggalkan Iran Kurdistan karena alasan politik dan kebudayaan kala itu.

Mewarisi darah pejuang dari kakek dan ayahnya membuat Palani terdorong untuk memulai revolusi melalui aksi militan.

Baca Juga: 5 Daftar Kelompok Teroris Paling Berbahaya dan Mematikan di Dunia, Nomor 1 Ternyata Bukan ISIS!

Pada 2014, wanita cantik ini keluar dari bangku kuliahnya, dan mulai melakukan perjalanan ke Suriah di usianya yang masih terbilang muda, 21 tahun.

Ia pun menceritakan bagaimana awal perjalanan, dan pelatihan yang diikutinya sebelum terjun ke garda terdepan untuk melawan ISIS.

"Saya ingat pertama kali saat menarik pelatuk dan merasak kekuatan dari sebuah senjata. Saya tidak cukup bagus (memegang senjata) tapi saya sangat menyukainya."

"Saya menyukai kekuatan senjata itu, dan fakta bahwa kekuatan itu bukan dari senjata itu sendiri, tetapi pada orang yang memegang senjata itu. Saya ingin menjadi lebih baik," jelas Palani seperti dikutip Grid.ID dari Dailymail.

Baca Juga: Bisakah Kasus #JusticeForAudrey Selesai dengan cara Berdamai? Hotman Paris Berikan Analisis Hukum

Lebih lanjut, Palani menjelaskan bahwa dirinya sangat menyukai proses pelatihannya di kamp.

"Saya sangat menyukai pelatihan saya. Itu mengingatkan saya pada sosok Lyuda (Pavlichenko) Lady Death dari Tentara Merah Rusia," jelas Joanna seperti yang dikutip dari laman Dailymail.

Lyudmila Mikhailovna Pavlichenko adalah seorang penembak Soviet dalam Tentara Merah pada Perang Dunia II, yang dikenal karena membunuh 309 orang.

Baca Juga: Beri Analisis Hukum Soal Kasus #JusticeForAudrey, Hotman Paris: Harusnya Pelaku Sudah Ditahan!

Ia dianggap sebagai salah satu penembak militer papan atas sepanjang masa dan penempak perempuan tersukses dalam sejarah.

Darah Palani selalu mendidih setiap kali mendengar berita pejuang ISIS memperlakukan buruk anak-anak dan perempuan.

Selama di Timur Tengah, Palani adalah bagian dari pasukan yang membebaskan sekelompok gadis Yazidi yang diculik untuk dijadikan budak seks di Iran.

"Saya adalah seorang penembak jitu. Saya suka menggunakan otak dan tubuh saya untuk fokus pada misi saya," ungkap Joanna dengan bangga.

Baca Juga: Pengakuan Anggota ISIS yang Menolak Angkat Senjata Demi Melakukan 'Perbuatan Baik'

"Saya dilatih oleh banyak kelompok di Kurdistan dan di luar wilayah Kurdi di Suriah," tambahnya.

Dia juga dilaporkan memerangi pemerintahan rezim Bashar al-Assad di Suriah. (*)