Find Us On Social Media :

Pilih Merdeka dan Terpisah dari Keluarga, Saudara Pengungsi Timor Leste Ini Justru Sering Boyong Beras Indonesia ke Timor Leste: 'Di Sana Mereka Punya Beras Kurang Bagus Makanya Ambil Di Sini'

By Khaerunisa, Kamis, 22 Oktober 2020 | 20:45 WIB

Ribuan warga Kota Dili antre dalam pelaksanaan Referendum Timor Timur, 30 Agustus 1999.

Grid.ID - Warga Timor Leste terbagi menjadi kelompok pro-kemerdekaan dan pro-integrasi selama pendudukan Indonesia.

Ada yang menginginkan Timor Leste, yang saat itu bernama Timor Timur, lepas dari Indonesia, ada pula yang menginginkannya tetap menjadi wilayah Indonesia.

Perpecahan Timor Leste menjadi dua kelompok itu pun memakan banyak korban.

Seperti yang terjadi di tahun 1991, di sekitar peristiwa yang kini dikenal sebagai tragedi Santa Cruz atau pembantaian Santa Cruz.

Baca Juga: Timor Leste: Menyokong Australia dan Diperas Jepang dalam Pertempuran Timor Masa Perang Dunia II, Kini Dicengkeram Kemiskinan

Bentrokan dua kelompok tersebut memakan korban jiwa, salah satunya tewasnya Afonso Henriques dari kelompok pro-integrasi, sementara dari kelompok pro-kemerdekaan yaitu Sebastiao Gomes.

Kemudian, setelah hasil referendum Timor Timur diumumkan, kerusuhan juga pecah, diyakini menewaskan sekitar 1.400 penduduk.

Disebut militan anti-kemerdekaan yang memulai serangan terhadap warga sipil yang kemudian meluas di seluruh Timor Leste dan berpusat di ibu kota Dili.

Bahkan, saat itu di Timor Leste, satu keluarga pun dapat memiliki pilihan yang berbeda, antara merdeka dan bergabung dengan Indonesia, dan pada akhirnya memisahkan mereka.

HALAMAN SELANJUTNYA>>>