Sebelum akhirnya menjabat sebagai Vice President Laboratorium di PTK, Dian sempat menduduki jabatan Vice President di Departemen Proses dan Pengelolaan Energi (PPE).
Pekerjaan yang dia lakukan itu juga tidak kalah menantangnya dari posisinya sekarang, Dian hanya sebagian kecil perempuan dari total anggota tim yang merupakan kaum laki-laki.
Nah meski pekerjaan yang sekarang digeluti ini sangat identik dengan kaum laki-laki, lulusan Teknik Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu yakin bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama terlepas dari gendernya.
“Saya percaya tidak ada pekerjaan yang hanya bisa dilakukan kaum laki-laki. Karakteristik perempuan yang (secara umum) lebih teliti, detail, mampu berkomunikasi secara verbal, serta terbiasa multitasking, memberi nilai tambah saat memasuki persaingan menuju posisi puncak, tak terkecuali di industri energi dan petrokimia ini.
"Sebagai seorang perempuan, kita seharusnya menggunakan karunia 'keperempuanan' sebagai faktor pendukung, bukan sebagai alat untuk meminta fasilitas atau pengecualian,” ungkap perempuan berumur 54 tahun tersebut.
Baca Juga: Kisah Valerie Thomas Bangun Bisnis Make Up, Berawal dari Jadi Bahan Bully-an
Kesuksesan yang diraih oleh Dian ini ternyata tidak lepas dari peran serta sang suami yang selalu mendukungnya.
Bagi ibu dengan dua orang anak ini, dukungan yang diberikan oleh suaminya menjadi kunci utama dirinya mampu membagi waktu antara pekerjaan dengan tugasnya sebagai seorang ibu.
Bagi perempuan di luar sana, Dian berpesan agar kita senantiasa bersyukur serta memanfaatkan kesempatan yang terbuka lebar untuk meraih mimpi.
“Di era modern, semangat Ibu Kartini lah yang harus tetap dihidupkan. Bagaimana kaum perempuan dapat memandang jauh ke depan walau banyak tekanan, namun semangat dan tekad tidak lantas surut.
"Bahkan tantangan tersebut dapat menjadi semangat bagi kaum perempuan untuk mencari jalan, agar cita-cita besarnya tercapai tanpa meninggalkan kodratnya,” ucap Dian.
Penulis | : | Vregina Voneria Palis |
Editor | : | Rizka Rachmania |
KOMENTAR