Grid.ID - Siapa menyangka bila 14 November 2018 adalah saat terakhir bagi Agus Rudia Pasa, istri korban penembakan di Nduga, Papua berbincang dengan suaminya.
Dikutip dari Kompas.com, Pasa, istri korban penembakan di Nduga, Papua mencurahkan isi hatinya saat ditemui di kediamannya di Jalan Tengko Situru RT 25 KM 5 Bukit Sion, Jahab, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Sabtu (8/12/2018).
Pasa, istri korban penembakan di Nduga, Papua sebenarnya sudah memiliki firasat tak enak saat terakhir berbincang dengan suaminya melalui telepon.
Ia sempat melarang suaminya, Samuel untuk kembali ke Nduga.
Kepergian Samuel ke Nduga memang belum genap dua, namun selama itu Pasa hanya bisa berkomunikasi beberapa kali dengan Samuel karena lokasi tempatnya bekerja tidak ada sinyal.
Kepada Pasa, Samuel sempat menceritakan situasi tempatnya bekerja di PT Istaka Karya.
"Dia bercerita, dia sangat hati-hati di sana. Dia tidak berani macam-macam karena jika ada masalah walau sepele akan berujung penumpasan," kata Pasa.
Cerita sang suami mengantarkan firasat buruk pada Pasa saat itu.
Pasa sempat melarang Samuel untuk pergi naik gunung ke lokasi kerjanya.
Ia memaksa Samuel untuk menetap di Timika dan mencari pekerjaan lain.
"Terakhir telepon itu, dia bilang ditawari kerja borongan membangun sekolah di Timika, saya setuju sekali. Saya bilang tidak usah naik ke Nduga lagi, kerja saja bangun sekolah," pinta Pasa
Sayangnya saat itu Samuel menolak permintaan Pasa dengan alasan tak enak meninggalkan bos dan rekan-rekannya.
"Tapi dia bilang tidak enak meninggalkan teman-temannya. Jadi dia naik lagi dan meneruskan pekerjaan bersama PT Istaka Karya,” tuturnya.
Saat mendengar kabar penembakan di Nduga, hati Pasa hancur.
Ia memilih tidak percaya dan terus meyakini suami tercintanya masih hidup.
Pasa bersama anak dan keluarganya terus berdoa untuk keselamatan Samuel.
Namun sayangnya kabar kematian Samuel sampai ke telinganya.
"Hati saya hancur, waktu mendengar kabar penembakan itu. Saya bingung harus menghubungi siapa. Saya tidak tahu lagi, berhari-hari saya nantikan kabar keselamatannya. Waktu bosnya telepon pada hari Rabu, kaki saya seperti sudah melayang," ungkapnya.
Natal sudah di depan mata, namun harapan sang suami bisa berkumpul merayakannya bersama di Jahab, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sirna sudah.
Meski telah kehilangan sang suami, kini Pasa akan melanjtkan hidup dengan modal doa dan keyakinan perlindungan Tuhan.
Baca Juga : 10 Fakta Egianus Kogoya, Pemimpin KKSB yang Diduga Membunuh 31 Pekerja di Nduga, Papua
Keyakinan tersebut membantunya untuk kembali bersemangat membesarkan anak-anaknya seorang diri.
Tangis histeris Agus Rudia Pasa pecah ketika peti mayat yang berisi jenazah sang suami, Samuel Pakiding, sampai di rumah duka. (*)
Source | : | kompas,tribunnew.com |
Penulis | : | Dwi Ayu Lestari |
Editor | : | Dwi Ayu Lestari |