Seperti mirip bekas gudang yang ditinggal bertahun-tahun, karena lantai yang begitu kotor dan mengelupas, tembok yang sudah kusam bahkan retak besar yang beresiko ambruk, meja dan kursi yang sudah lapuk di makan usia, genteng yang sudah ambrol.
Mulyadi bercerita sebagai guru honorer ia hanya digaji Rp 12 ribu per hari, sehingga rata-rata per bulan ia hanya mendapat Rp 300 ribu.
Parahnya, gaji tersebut Dedi Mulyadi terima setiap 3 bulan sekali.
"Terus terang kalo masalah gaji saya sih ngitung kehadiran. sekali hadir saya cuma di hitung 12 ribu satu kali hadir. kalau tidak hadir saya tidak dapat apa-apa.
Biasanya sekolah sih dari jam 7 ya sampe jam 12, itupun kalo full hadir, kalo mungkin kita banyak alpa mah kayak ada acara keluarga atau sakit gitu ya, mungkin tidak akan segitu.
Tergantung dari BOS, dana dari BOS, sebulan sekali turun," ungkap Dedi Mulyadi.
Walaupun digaji tak seberapa, Dedi Mulyadi tak pernah mengeluh dan Ia akan tetap mengajar.
Dedi Mulyadi berkata bahwa guru adalah cita-citanya sejak dari kecil seperti ayahnya.
Semangat terus ya pak! Demi mencerdaskan penerus bangsa!
(*)
Source | : | YouTube |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Irene Cynthia Hadi |