Laporan Wartawan Grid.ID, Arif Budhi Suryanto
Grid.ID - Predator seks asal Tulungagung, Hasan, sudah berkali-kali diperingatkan temannya agar jangan lagi mencari anak laki-laki sebagai mangsa.
Namun sepertinya, saran dari temannya itu tidak diindahkan oleh Hasan.
Hasan justru rela berutang ke rentenir untuk memberikan upah kencan kepada para korbannya.
"Dia itu sebenarnya tidak kaya, ke mana-mana naik sepeda. Tapi dia nekat utang hanya untuk wik-wik (hubungan badan),” ujar salah satu temannya itu, seperti yang dikutip Grid.ID dari Surya.co.id.
Dikatakan Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol R Pitra Andrias Ratulangie, Hasan memperdaya korban-korbannya dengan memberikan iming-iming uang sebesar Rp 150-250 ribu sekali kencan.
Korban yang terbuai akan besaran nominal tersebut lantas langsung dicabuli Hasan di rumahnya yang beralamat di Kelurahan Sembung, RT 02, RW 04, Kecamatan/Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Ada dua area di dalam rumah yang dijadikan Hasan sebagai tempat untuk mencabuli korban-korbannya.
"Kadang ya dilakukan di dalam kamar, kadang ruang tamu. Fotonya kan ada," sambung Kanit III Asusila Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Jatim, AKP Jenny Al Jauza, seperti yang dikutip Grid.ID dari Suryamalang.com.
Sementara itu, Hasan yang wajahnya ditutup kerpus (penutup wajah) hanya bisa menunduk lesu saat kasusnya diungkap ke publik oleh Ditreskrimum Polda Jatim pada Senin (20/01/2020) kemarin.
Ia nampak tidak menampik saat petugas mengulas modus operandi yang dilakukannya kepada korban.
Bujang lapuk 47 tahun itu justru telah mengakui perbuatannya yang dilakukan selama satu tahun belakangan.
"Cuma tahun ini, menuju 2019," tukasnya.
Sebagai tambahan informasi, penangkapan Hasan sendiri terbilang tidak mudah.
Ia baru dapat diamankan setelah buron selama dua pekan lamanya.
Dikatakan Jenny, pihaknya sampai beberapa kali harus pulang dengan tangan hampa lantaran gagal menyergap Hasan di rumahnya.
Nomor ponsel milik Hasan pun turut disenyapkan, tidak aktif.
Jenny mengatakan, kendala dalam proses penangkapan Hasan diperkirakan karena jaringan yang dimiliki predator seks itu yang luas sehingga dapat mendeteksi kedatangan polisi.
"Kami setiap kesana kerap kecium terus, 2 minggu udah pengejaran, ilang-ilang terus, ponsel dimatikan," kata Jenny seperti yang dikutip Grid.ID dari Suryamalang.com.
Apalagi berdasarkan data penyidik, Hasan merupakan Ketua Ikatan Gay Tulungagung (IGA@TA) dengan jumlah anggota sekitar 500 orang anggota.
"Tapi ya mungkin dia ini bosnya (ketua ikatan gay tulungagung) jadi kayak ditutupi sama (teman) komunitas," tandasnya.
Namun kondisi ini tak membuat personelnya kehilangan akal.
Pengintaian justru semakin gencar dilakukan.
Anggota telik sandi pun disebar hingga keberadaan Hasan akhirnya terlacak.
Hasan ternyata selama ini bersembunyi di warung tempatnya berkerja di Pasar Burung Desa Beji, Kecamatan Boyolangu.
"Ternyata sembunyi di rumah Mami Ida, pemilik warkop, ini perempuan," terang Jenny.
(*)
Source | : | Surya.co.id,Suryamalang.com |
Penulis | : | Arif Budhi Suryanto |
Editor | : | Deshinta Nindya A |