Grid.ID - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa penyaluran pembiayaan produk buy now pay later (BNPL) atau paylater perbankan mencapai Rp 22,75 triliun hingga Januari 2025. Mengutip Kompas.com, Rabu (5/3/2025), jumlah rekening pengguna paylater tercatat sebanyak 24,44 juta, meningkat dari sebelumnya 23,99 juta rekening.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyebutkan bahwa porsi kredit paylater ini setara dengan 0,29 persen dari total penyaluran kredit. "Per Januari 2025, baki debet kredit BNPL yang tercatat dalam SLIK tumbuh 46,45 persen secara tahunan. Desember yang lalu tumbuh 43,76 persen secara tahunan menjadi Rp 22,57 triliun," ujarnya dalam konferensi pers hasil rapat RDKB, Selasa (4/3/2025).
Secara keseluruhan, sektor perbankan mencatat penyaluran kredit sebesar Rp 7.782 triliun pada Januari 2025, mengalami pertumbuhan sebesar 10,27 persen secara tahunan. Dana pihak ketiga (DPK) juga naik sebesar 5,51 persen menjadi Rp 8.879,2 triliun, dengan giro sebagai kontributor terbesar.
Tren Pertumbuhan Paylater
Sebelumnya, Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, melaporkan bahwa piutang masyarakat pada produk paylater perbankan mencapai Rp 22 triliun pada Desember 2024, mengalami pertumbuhan 43,7 persen secara tahunan. Jumlah rekening pengguna paylater telah melampaui angka 20 juta.
"Tren BNPL ini meningkat cukup pesat, dan kami mencatat debit BNPL di perbankan mencapai Rp 22 triliun atau tumbuh 43,7 persen," ungkapnya dalam Digital Economic Forum di Jakarta, Selasa (25/2/2025).
Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, Agusman, memprediksi bahwa pertumbuhan ini akan terus meningkat menjelang Lebaran 2025. Mengacu pada data tahun sebelumnya, outstanding pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan setelah Lebaran 2024 mencapai Rp 6,47 triliun, meningkat 5,54 persen dibandingkan Maret 2024 yang sebesar Rp 6,13 triliun.
Ia menambahkan bahwa rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) BNPL perusahaan pembiayaan per Januari 2025 adalah 3,37 persen, naik dari Desember 2024 yang sebesar 2,99 persen. Meski tingkat gagal bayar saat ini masih berada dalam batas aman, masyarakat diharapkan tetap waspada dan berhati-hati.
Faktor Pendorong Pertumbuhan Paylater
Menurut hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia masih memiliki gap. Literasi keuangan tercatat sebesar 65,43 persen, sedangkan tingkat inklusi keuangan sebesar 75,02 persen. Ini mengindikasikan bahwa masih ada sebagian masyarakat yang menggunakan layanan keuangan tanpa pemahaman yang cukup.
Menurut Direktur Eksekutif Information Communication Technology (ICT) Institute, Heru Sutadi, kemudahan akses menjadi faktor utama pertumbuhan BNPL dan pinjaman daring. Hal ini berkaitan erat dengan pelemahan daya beli masyarakat.
Baca Juga: Kenapa SPayLater Tidak Bisa Dipakai Meski Limit Masih Ada? Berikut Cara Atasinya
Source | : | Wartakota.com,kompas.id,Kompas.com |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Ayu Wulansari K |