Grid.ID - Baim Wong diketahui batasi putra-putranya untuk ketemu dengan Paula Verhoeven. Ternyata ini dampak anak dipisahkan dari sang ibu yang bisa membuat trauma.
Paula Verhoeven belakangan ini menjadi perbincangan usai anak-anaknya gak mau bertemu dengannya.
Melansir dari TribunLampung.co.id, model asal Semarang, Jawa Tengah, Paula Verhoeven merasa terpukul melihat perubahan sikap anak-anaknya. Dua putra Paula dan Baim Wong disebut-sebut merasa takut saat bertemu dengannya, membuat hatinya semakin terluka.
"Bukan karena mama tidak memperjuangkan kalian, tapi hati mama itu sedih dan hancur rasanya ngeliat kalian ketakutan setiap deket mama," kata Paula Verhoeven.
Saat ini, Paula dan Baim Wong masih menunggu putusan pengadilan terkait hak asuh anak. Paula mengungkapkan bahwa keputusan tersebut akan diumumkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada Kamis (13/3/2025).
Selama proses ini berlangsung, Paula mengalami kesulitan untuk bertemu dengan buah hatinya. Sudah enam bulan ia terpisah dari anak-anaknya sejak 13 September 2024.
Kedua putranya kini tinggal dan diasuh oleh Baim Wong, namun belakangan Paula mengungkapkan rasa sakit hatinya karena perubahan sikap mereka. Dulu, ia selalu menghabiskan waktu sepanjang hari bersama anak-anaknya, tetapi setelah tak lagi serumah, mereka justru terlihat ketakutan saat ia mendekat. Hal ini membuatnya hampir menyerah.
"Di titik ini, hati mama merasa ingin menyerah," ucapnya.
Paula juga merasa sedih karena kini seperti orang asing bagi anak-anak yang pernah ia lahirkan dan besarkan.
"Perasaan asing terhadap anak-anak yang mama kandung dan lahirkan," tuturnya.
Di akhir pernyataannya, perempuan berusia 37 tahun itu menyatakan dirinya telah pasrah terhadap hasil sidang nanti. Meskipun demikian, ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hak asuh anak-anaknya. Ia pun menitipkan pesan menyentuh untuk buah hatinya.
Baca Juga: Anak-anak Takut Papanya Marah, Paula Verhoeven Masih Bela Baim Wong, Baik loh
"Mama ingin berpesan ke kalian, apapun hasilnya nanti keputusan Hakim di pengadilan minggu dpn…
Allah akan tetap selalu jaga hati kalian dan cinta kalian untuk mama." tambah Paula.
Paula mengatakan dirinya akan selalu menunggu kehadiran anak-anaknya sampai kapanpun.
"Mama akan selalu ada di sini menunggu kalian pulang ke pelukan mama," tutupnya.
Lalu apa dampak anak dipisahkan dari sang ibu?
Anak dipisahkan dari sang ibu ternyata mempunyai dampak yang luar biasa sampai bisa alami trauma.
Melansir dari Kompas.com, para dokter dan psikolog menyuarakan kritik tajam terhadap kebijakan "Toleransi Nol" yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump, karena memisahkan anak-anak dari orang tua mereka. Pemisahan paksa ini menuai protes luas karena dianggap berpotensi menimbulkan trauma serta dampak psikologis jangka panjang bagi anak-anak.
Dr. Colleen Kraft, presiden American Academy of Pediatrics (AAP), yang baru-baru ini mengunjungi pusat penampungan anak-anak berusia di bawah 12 tahun di Texas, mengungkapkan bahwa para pengunjung dilarang menggendong atau menenangkan anak-anak yang menangis. Kurangnya interaksi fisik, seperti pelukan, genggaman tangan, atau sentuhan yang memberikan rasa aman, menjadi faktor utama yang dapat berdampak buruk pada kondisi emosional anak-anak.
Lori Evans, asisten profesor di Departemen Psikiatri Anak dan Remaja di NYU Langone Health, menambahkan bahwa ketiadaan kontak fisik dapat meningkatkan kadar hormon stres pada anak-anak, yang berpotensi memengaruhi perkembangan psikologis mereka.
"Kami mengetahui ini dari anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan," kata Evans.
Baca Juga: Curhatan Paula Verhoeven Keluhkan Sikap Anak Berubah, Baim Wong Panen Kritikan
Ia menjelaskan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan sentuhan kasih sayang dapat mengalami peningkatan hormon stres kortisol yang lebih tinggi dari normal, bahkan setelah mereka kembali ke orang tua mereka. Selain itu, kadar hormon lain seperti oksitosin dan vasopresin, yang berperan dalam membentuk ikatan emosional dan sosial, cenderung lebih rendah dibandingkan anak-anak yang mendapatkan perhatian fisik dan emosional.
"Sentuhan dengan orang terdekat sangat penting di awal kehidupan agar anak memiliki hubungan normal dan baik dengan orang lain," kata Dr Ranna Parekh, psikiater anak dari American Psychiatric Association.
Menurutnya, kebijakan "Toleransi Nol" tidak hanya mengganggu ikatan kasih sayang antara anak dan orang tua, tetapi juga membuat anak-anak merasa terisolasi.
"Anak-anak tidak hanya trauma dengan perpisahan, mereka juga tidak memiliki akses untuk menghilangkan stres," katanya.
"Saya harap perawat di tempat penahanan punya pengalaman dan tahu bagaimana cara memberikan sentuhan. Ini akan jauh lebih baik daripada tidak memiliki seorang pun," imbuh Ranna.
Dampak Trauma Berkepanjangan
Para dokter dan psikolog memperingatkan bahwa dampak pemisahan ini dapat bertahan dalam jangka panjang.
"Kebanyakan gangguan mental, emosi, dan perilaku berakar pada masa anak-anak dan remaja. Trauma masa kecil sangat rentan memicu keinginan bunuh diri suatu saat nanti," tulis National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine dalam sebuah pernyataan.
"Peran orangtua sangat penting dalam tumbuh kembang anak di awal kehidupan, saat otak berkembang pesat dan semua pengalaman terekam di dalamnya," imbuh pernyataan tersebut.
Ranna menekankan, anak-anak migran yang dipisahkan dari orangtua berisiko tinggi mengalami stres akut dan mengalami gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD).
"Orang dewasa tahu bahwa kehidupan tidak hanya hitam dan putih, tapi ada abu-abu. Nah, anak-anak ini belum berpengalaman, dan karena dipisahkan secara paksa maka mereka akan menganggap dunia ini bukan tempat yang aman," katanya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunlampung.co.id |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |