“Kita di sini tujuannya untuk penelusuran,” sambung Risa Saraswati.
Om Hao yang juga merupakan seorang sejarahwan itupun memulai penelusuran dengan menceritakan masa lalu pabrik gula sebelum terbengkalai. Tak disangka, bangunan pabrik gula yang masih berdiri itu ternyata berusia lebih dari 1 abad.
“Jadi ini itu usianya udah 1 abad lebih. Setelah politik tanam paksa itu banyak investor dan para pengusaha belanda menanamkan modal di tanah Hindia Belanda.”
“Karena memang gula waktu itu menjadi komoditas ekspor utama. Sebenernya pabrik gula ini ada ketika sistem tanam paksa itu terjadi,” cerita Om Hao.
Berabad tahun yang lalu, gula merupakan komoditas utama dalam industri ekspor. Industri yang dijalankan di Indonesia ini dikuasai oleh Belanda kala itu.
“Jadi 1872 itu sudah ada tapi dengan peralatan yang sangat-sangat sederhana. Pada tahun 1892 hingga 1898 dibangun seperti sekarang, ini juga berdekatan dengan jalur kereta api untuk pengangkut yang ada di depan.”
“Jadi satu koneksi ya secara politik revolusi industri,” tuturnya.
Lantaran berjalan dengan sukses, pabrik gula pun mulai dilirik oleh Jepang. Jepang akhirnya berhasil menguasai pabrik gula di sekitaran tahun 1942.
“Ini kemudian mendekati 1942 dikuasai oleh militer Jepang,” kata Om Hao.
Sebagai seorang yang punya kemampuan supranatural, Risa Saraswati pun melihat lokasi ini sebagai pertemuan makhluk tak kasat mata dari 3 latar belakang kebangsaan. Tak heran jika lokasinya kini dikenal horor, sebab pernah menjadi lokasi penyiksaan pribumi hingga pertumpahan darah orang-orang Belanda dan Jepang.
“Berarti di sini ada Jepang, Belanda, sama Pribumi,” kata Risa.
Baca Juga: Rekomendasi Film Layar Lebar yang Tayang Lebaran 2025, dari Animasi hingga Film Horror
(*)
Penulis | : | Winda Lola Pramuditta |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |