Grid.ID - Sosok istri pertama Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi akhirnya terungkap. Ternyata bukan Ambu Anne.
Melansir dari Bangkapos.com, tak banyak orang yang mengetahui bahwa sebelum menikah dengan Anne Ratna Mustika, Dedi Mulyadi pernah membina rumah tangga dengan istri pertamanya, Sri Setyawati. Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Maulana Akbar Ahmad Habibie, yang kini dikenal dengan nama Maula Akbar Mulyadi Putra.
Namun, perjalanan hidup Maula Akbar tidak berjalan mulus. Ibunya, Sri Setyawati, meninggal dunia ketika ia baru berusia tiga bulan.
Usai kepergian Sri, Dedi kemudian menikah dengan Anne Ratna Mustika. Sejak kecil, Maula Akbar tidak mengetahui bahwa Anne bukanlah ibu kandungnya.
Dedi memilih untuk merahasiakan kebenaran tersebut, bahkan menyembunyikan akta kelahiran anaknya agar sang anak meyakini bahwa Anne adalah ibu biologisnya.
Rahasia yang Baru Terungkap Setelah Perceraian
Selama lebih dari dua dekade, fakta ini disimpan rapat. Namun, usai perceraian Dedi Mulyadi dan Anne Ratna Mustika, ia akhirnya membongkar kebenaran kepada putra sulungnya.
Suasana haru terjadi saat Dedi mengajak Maula Akbar berziarah ke makam almarhumah ibunya, Sri Setyawati. Momen tersebut dibagikan Dedi melalui akun Instagram pribadinya pada Senin (7/11/2022).
Dalam unggahannya, terlihat Maula Akbar bersimpuh di makam sang ibu untuk pertama kalinya dan tak kuasa membendung air mata.
"Pertama kalinya Aa Ula datang ke makam ibunya. Terima kasih, Teh Sri Mulyawati, anak yang engkau lahirkan kini telah tumbuh dewasa," tulis Dedi Mulyadi dalam postingannya.
Baru-baru ini, Dedi Mulyadi mempunyai gebrakan baru soal program pendidikan dengan sistem barak militer yang diperuntukkan untuk remaja yang terlibat dalam pelaku kriminal. Melansir dari Kompas.com, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan bahwa program pendidikan dengan sistem barak militer hanya diperuntukkan bagi remaja yang telah terlibat dalam perilaku kriminal, dan pelaksanaannya hanya dilakukan apabila ada persetujuan dari orangtua.
"Kriteria itu adalah anak-anak yang sudah mengarah pada tindakan-tindakan kriminal dan orangtuanya tidak punya kesanggupan untuk mendidik," ujar Dedi usai kegiatan Hari Pendidikan Nasional di Rindam III Siliwangi, Jalan Menado, Kota Bandung, Jumat (2/5/2025).
Dedi juga menekankan bahwa keikutsertaan dalam program ini bersifat sukarela dan tidak dipaksakan. Jika orangtua tidak bersedia mengikutsertakan anaknya, Dinas Pendidikan Jawa Barat tidak akan memaksa.
"Jadi kalau orangtuanya tidak menyerahkan, kita tidak akan menerima," katanya.
Program ini sudah mulai dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta pada Kamis (1/5/2025), dengan jumlah peserta sebanyak 39 orang. Dedi menyebut para orangtua secara sukarela menyerahkan anak-anak mereka ke Dinas Pendidikan untuk selanjutnya dibina oleh pihak TNI.
“Orangtua datang ke dinas pendidikan, lalu ke bupati, kemudian berkumpul di Kodim. Kemarin mereka langsung dibawa ke Resimen Satu Setirayuda Kostrad dan saya lihat mereka sangat senang hari ini,” tutur Dedi.
Ia menyatakan bahwa peserta terlihat antusias mengikuti program tersebut. Selain mendapatkan bimbingan dan pembentukan karakter dari personel TNI, mereka juga tetap memperoleh pendidikan akademik secara formal.
“Kenapa tidak senang? Kebutuhan gizi tercukupi, waktu istirahat cukup, olahraga terpenuhi, dan proses belajar mengajar juga berjalan. Mereka tetap belajar seperti biasa, hanya saja gurunya yang mengajar langsung di barak,” tutupnya. (*)
Source | : | Kompas.com,Bangkapos.com |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |