Meskipun demikian, tidak semua pelaku selingkuh bisa menyalahkan masa kecilnya. “Siapa diri kita saat dewasa, dan siapa pasangan kita, juga menentukan apakah seseorang akan melakukan perselingkuhan atau tidak,” jelas Dr. Lewandowski. Di titik ini, kemampuan untuk berempati dan melihat sesuatu dari sudut pandang pasangan menjadi sangat penting dalam menjaga hubungan tetap sehat dan setia.
Ia juga menyoroti bahwa rasa terhambat dalam berkembang sebagai individu di dalam suatu hubungan bisa menjadi pemicu perselingkuhan. Ketika seseorang merasa tak bisa tumbuh bersama pasangannya, mereka mungkin tergoda mencari ruang di luar relasi. Maka, selain membesarkan anak dengan cara yang sehat, penting juga bagi orang tua untuk menjadi teladan dalam menjalani hubungan yang saling mendukung.
Adam Levine, misalnya, pernah mengejek keputusan orang tuanya yang membawanya ke terapi pasca perceraian. Namun kini, setelah terlibat skandal perselingkuhan, barangkali ia menyadari bahwa ada luka masa kecil yang belum terselesaikan. Terapi pasangan atau introspeksi pribadi bisa menjadi langkah penting untuk memutus siklus ini agar tidak diwariskan ke generasi berikutnya.
Agar anak tidak tumbuh menjadi pelaku selingkuh, yang diperlukan bukan hanya cinta, tetapi juga konsistensi, kehadiran emosional, dan apresiasi atas perilaku positif mereka. Lebih dari sekadar mencegah perselingkuhan, pendekatan ini akan menciptakan generasi yang lebih sadar diri, penuh empati, dan siap membangun hubungan yang sehat dan langgeng. (*)
Source | : | scarymommy.com |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Ayu Wulansari K |