Intermittent fasting juga bisa menurunkan kadar kolesterol serta mencegah penyakit diabetes. Menurut beberapa penelitian, puasa intermiten dapat meningkatkan metabolisme tubuh, menurunkan kadar insulin, dan memicu pembakaran lemak secara alami. Saat berpuasa, kadar insulin dalam darah turun secara signifikan, memungkinkan tubuh lebih mudah mengakses simpanan lemak dan mengubahnya menjadi energi.
Banyak pelaku intermittent fasting yang mengaku metode ini jauh lebih mudah diterapkan dibandingkan diet konvensional. Mereka hanya perlu menentukan jendela makan dan tidak perlu membatasi jenis makanan secara ketat, asalkan tetap memilih makanan bergizi.
Namun, keberhasilan intermittent fasting tetap bergantung pada konsistensi dan pilihan makanan saat jendela makan. Mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat olahan justru akan menghambat manfaat dari intermittent fasting.
Efek Samping Intermittent Fasting
Selain manfaat tadi, intermittent fasting juga memiliki beberapa risiko yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Dikutip Grid.id dari Tribunhealth.com, Caroline Susie, RDN, juru bicara Academy of Nutrition and Dietetics di Dallas, membenarkan ada sejumlah efek samping intermittent fasting.
Beberapa risiko tersebut yaitu seperti sakit kepala, kelelahan, rendah energi, mempengaruhi emosi, serta kelaparan. Namun, ini semua bisa terjadi jika melakukan diet tersebut terlalu ekstrem.
Intermittent fasting tidak diperuntukkan bagi wanita hamil dan juga menyusui. Selain itu, orang dewasa dengan usia di atas 70 tahun, orang dengan BMI rendah (kekurangan berat badan) atau mengalami riwayat gangguan makan juga tidak dianjurkan untuk melakukan jenis diet ini.
Intermittent fasting kini menjadi alternatif populer bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan tanpa harus menjalani diet ketat. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan manfaat kesehatan jangka panjang, intermittent fasting bisa menjadi gaya hidup baru yang sehat jika dilakukan dengan benar.
Namun, sebelum memulai metode ini, sebaiknya konsultasikan dengan ahli gizi atau dokter untuk memastikan apakah intermittent cocok dengan kondisi tubuh masing-masing, ya. (*)
Baca Juga: Mahalini Tidak Diet, Inilah Caranya Turun Berat Badan Cepat Pasca Melahirkan
Source | : | Nova,Tribun Batam,Tribun Health |
Penulis | : | Faza Anjainah Ghautsy |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |