Di satu sisi, ada dorongan kuat untuk melanjutkan warisan keterbukaan Paus Fransiskus. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa pendekatan yang terlalu terbuka dapat melemahkan otoritas serta ajaran gereja yang telah lama dijaga.
Mengakhiri perdebatan itu, terpilihnya Kardinal Robert Prevost. Ia berhasil meraih dukungan mayoritas dalam putaran ketiga pemungutan suara pada Kamis.
Kardinal Robert Prevost merupakan seorang figur moderat dan pragmatis. Ia dikenal dekat dengan Vatikan dan memiliki pandangan yang seimbang, dianggap sebagai sosok ideal untuk menjembatani kedua kutub pemikiran ini. Mengutip Time, ia dipercaya mampu menavigasi Gereja melalui gelombang perubahan sosial dan spiritual yang sedang berlangsung.
Lebih dari satu jam setelah asap putih mengepul dari Kapel Sistina, paus baru, mengenakan jubah kepausannya, melangkah ke balkon Basilika Santo Petrus dan menyapa dunia, menandai awal kepemimpinannya yang penuh harapan.
Tepuk tangan dan sorakan memenuhi Lapangan Santo Petrus. Ribuan umat yang berkumpul di sana bersorak saat nama Paus Leo XIV disebut sebagai paus terpilih.
Ia kemudian menyampaikan pidato perdananya. Dengan suara tenang namun penuh makna, ia mengucapkan salam, "Damai sejahtera bagi kalian."
Paus Leo XIV lanjut menyampaikan pesan damai yang mengingatkan umat pada semangat Paus Fransiskus. "Inilah damai dari Kristus yang Bangkit, damai yang tanpa senjata, sekaligus damai yang menggetarkan, rendah hati, dan penuh ketekunan. Damai ini berasal dari Tuhan, Tuhan yang mengasihi kita semua tanpa syarat."
"Kita masih dapat mendengar suara lirih namun selalu penuh keberanian dari Paus Fransiskus saat memberkati Roma. Paus yang memberkati Roma telah memberikan berkatnya kepada dunia, kepada seluruh dunia, pada pagi hari Paskah itu. Izinkan saya meneruskan berkat yang sama ini: Tuhan mengasihi kita, Tuhan mengasihi kalian semua, dan kejahatan tidak akan menang."
Di usia 69 tahun, Paus Leo XIV kini memikul tanggung jawab besar untuk memimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia. Kronologi pemilihannya menjadi catatan penting dalam sejarah Gereja.
Bukan hanya karena ia adalah paus pertama dari Amerika Serikat, tetapi juga karena ia tampil di saat Gereja tengah menghadapi tantangan kompleks. Ke depannya, dunia akan menyaksikan bagaimana Paus Leo XIV memimpin gereja global dengan visi damai, cinta tanpa syarat, dan harapan akan masa depan yang lebih adil dan inklusif. (*)
Source | : | Time,cbs |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |