Hal itu karena pintu depan sekolah tidak bisa diakses. Mereka lantas masuk lewat pintu belakang yang merupakan akses menuju asrama SMA Frateran.
"Entah bagaimana, dia masuk dari depan pasti tidak bisa. Masuk lewat belakang muter, pintu belakang, pintunya asrama karena di sini ada asrama dari siswa SMA (Frateran)," jelas Tjandra.
Setelah tugas PJOK diselesaikan, korban berpindah lokasi dengan melompati pagar di dekat mesin outdoor AC sekolah. Namun, ia mengalami kesulitan dan akhirnya memutar ke pagar samping.
"Waktu itu baru hujan dan genangan air diinjak kabel AC terkelupas bungkusnya, kena air dan tersetrum," tambahnya.
Sayangnya, korban tak sengaja menginjak kabel AC yang terkelupas hingga membuat dirinya tersetrum. Saat itu, tangan korban sempat memegang pagar besi di dekat mesin AC.
"Waktu kesetrum tangannya dia pegang besi ini. Temannya masih mengira bermain-main. Akhirnya jatuh, dia jatuh karena terbentur besi pagar atau ubin atau karena tersetrum, tidak diketahui," ucap Tjandra.
Kronologi siswa SMP tersetrum listrik hingga tewas di sekolah itu dibenarkan oleh ayah korban, Tanu. Ia menyebut anaknya memang berencana mengerjakan ujian praktik PJOK bersama temannya pada saat hari libur.
Ayah Steven Sukha Hariyadi itu mengatakan, putranya dan beberapa teman tiba di sekolah di kawasan Krembangan sekitar pukul 11.23 WIB, ketika sekolah dalam keadaan libur. Ia menyebut bahwa anaknya tersengat listrik saat menginjak kabel AC yang terkelupas.
"Putra saya berteriak, (katanya) aku kesetrum lalu mematung selama sekitar 40 detik. Akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar," ujar Tanu saat dikonfirmasi, Kamis (8/5/2025).
Korban sempat dilarikan ke RS Adi Husada di Jalan Undaan Wetan oleh teman-temannya. Namun, ia dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 12:35 WIB.
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Widy Hastuti Chasanah |
Editor | : | Widy Hastuti Chasanah |