Grid.ID - Sosok Pratu Aprio Setiawan salah satu korban ledakan amunisi di Garut menyisakan duka mendalam bagi sang pacar, Dita. Pasalnya, Pratu Aprio Setiawan ternyata tak melakukan kebiasaan video call bersama Dita usai kejadian.
Usut punya usut, hal itu lantaran Pratu Aprio Setiawan ternyata menjadi satu dari korban ledakan amunisi dari empat anggota TNI yang tewas dalam insiden. Tragedi maut tersebut pun diketahu terjadi di Pantai Cibalong, Garut, Jawa Barat pada Senin (12/5/2025).
Sebelumnya, Pratu Aprio Setiawan ternyata sempat memposting video terkait persiapan pemusnahan amunisi kedaluwarsa itu di media sosial. Dalam video, terlihat pula sejumlah anggota TNI memakai sarung tangan putih dengan baju dan celana panjang sedang menyusun amunisi di lubang.
Bahkan saat ledakan terjadi, semua anggota TNI telihat berlindung di bawah sebuah papan. Namun usai kejadian, Aprio rupanya tak kunjung ada kabar.
Alhasil sang pacar sampai menulis komentar di postingan milik Aprio dengan emoji menangis,
"Sayang udah jam 01.08 ini kok belum ada kabar," tulis Dita.
Dita juga mengaku selama ini selalu rutin berkomunikasi dengan Aprio melalui video call hingga tertidur. Namun video call sebelumnya ternyata jadi yang terakhir.
Karenan setelah insiden itu, Dita tak mendapat kabar dari Aprio.
"Biasanya km vc smpai sama-sama tidur. Ini gak bisa tidur sayang," tulis Dita dikutip dari Tribunnews.com.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana mengatakan ledakan amunisi di Garut terjadi di salah satu lubang amunisi afkir atau tak layak pakai.
Saat itu, jajaran jajaran Gudang Pusat Amunisi dan Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat telah melakukan pengecakan dan dipastikan aman.
Baca Juga: Alasan Warga Mendekat ke Lokasi Ledakan Amunisi di Garut hingga 13 Orang Tewas, Sudah Diperingatkan
"Pada awal kegiatan secara prosedur telah dilaksanakan pengecekan terhadap personel maupun yang berkaitan dengan lokasi peledakan dan semuanya dinyatakan dalam keadaan aman," ujar Wahyu dikutip dari Kompas.com.
Setelahnya, tim penyusun amunisi dari TNI Angkatan Darat (AD) melakukan persiapan pemusnahan di dalam dua lubang sumur yang disiapkan sebelumnya. Kemudian, terdapat satu lubang sumur lain yang peruntukannya untuk menghancurkan detonator.
Termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan amunisi tidak layak pakai tersebut. Dan ya, di lubang itulah terjadi ledakan terjadi dan mengakibatkan 13 orang meninggal dunia jadi korban ledakan amunisi.
"Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," imbuh Wahyu.
Dari 13 korban meninggal dunia, 4 orang di antaranya adalah anggota TNI Angkatan Darat. Serta sembilan korban lainnya adalah adalah masyarakat sipil, yakni Agus bin Kasmin, Ipan bin Obur, Anwar, Iyus bin Inon, Iyus Rizal bin Saepuloh, Totok, Dadang, Rustiawan, dan Endang.
"Data yang meninggal adalah empat orang dari anggota TNI Angkatan Darat, yaitu Kepala Gudang Pusat Amunisi 3 Pusat Peralatan TNI AD Kolonel Cpl. Antonius Hermawan, Kepala Seksi Administrasi Pergudangan Gudang Pusat Amunisi 3 Pusat Peralatan TNI AD Mayor Cpl Anda Rohanda.
Dan dua orang anggota gudang pusat amunisi 3 Gudang Pusat Peralatan TNI Angkatan Darat yaitu Kopda Eri Triambodo dan Pratu Aprio Setiawan," tandas Wahyu (*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Siti M |
Editor | : | Siti M |