Grid.ID- Mari mengenal dekat dengan salah satu penulis ternama Tanah Air lewat profil Asma Nadia berikut ini. Tak ada kisah yang terlalu kecil untuk menjadi besar.
Asma Nadia adalah buktinya. Sosok yang dikenal luas oleh para wanita milenial ini telah menjelma menjadi ikon sastra dan pergerakan literasi di Indonesia.
Asma Nadia telah membuktikan bahwa ketekunan, semangat menulis, dan cinta akan buku mampu mengubah nasib siapa saja. Lalu, siapa sebenarnya Asma Nadia? Berikut profil Asma Nadia, sebagaimana kami himpun dari Kompas.com dan Sripoku.com, Sabtu (17/5/2025).
Masa Kecil dan Latar Keluarga
Profil Asma Nadia dimulai dengan nama asli Asmarani Rosalba. Ia lahir di Jakarta pada 26 Maret 1972 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Amin Usman yang berdarah Aceh dan Maria Eri Susanti, seorang mualaf Tionghoa asal Medan.
Kakaknya, Helvy Tiana Rosa, dan adiknya, Aeron Tomino, juga dikenal sebagai sosok yang tertarik pada dunia kepenulisan. Minat ini mengalir kuat dari kakek mereka, Teuku Muhammad Usman El Muhammady, seorang tokoh yang juga dekat dengan dunia literasi.
Namun, masa kecil Asma Nadia tidak selalu indah. Ia tumbuh dalam keluarga yang hidup serba kekurangan dan harus berpindah-pindah dari satu rumah sewa ke rumah lain.
Mereka bahkan sempat tinggal di pinggir rel kereta di kawasan Gunung Sahari, sebelum ayahnya meniti sukses sebagai pencipta lagu. Di tengah keterbatasan itu, sang ibu menjadi sosok penting yang membentuk kecintaan Asma terhadap buku.
Ibu Asma punya kebiasaan menyampul buku dengan plastik atau kertas minyak, sebuah bentuk penghormatan terhadap ilmu dan bacaan. Dari situ, Asma belajar bahwa "Al-ummu madrasatul 'ula" bukan sekadar ungkapan—ibunya adalah madrasah pertama yang mengajarkannya makna kesabaran, keteguhan, dan semangat berbagi.
Masa kecil Asma juga diwarnai tantangan berat. Saat berusia tujuh tahun, ia mengalami kecelakaan saat tidur dan terbentur hingga mengakibatkan gegar otak.
Setelah itu, penyakit komplikasi menyerangnya, mulai dari jantung hingga paru-paru. Selama satu dekade hidupnya dipenuhi pengobatan dan kunjungan rutin ke rumah sakit.
Meski begitu, semangatnya tak luntur. Setelah lulus dari SMA Negeri 1 Budi Utomo, ia sempat kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian IPB, namun kondisi kesehatannya memaksa ia berhenti.
Source | : | Kompas.com,Sripoku.com |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |