Grid.ID- Rumah lurah penjual beras bansos di Lampung sebanyak 400 karung, dibakar oleh warga. Diduga warga geram akibat penyelewengan bansos dan juga penusukan warga oleh kerabat lurah.
Seorang lurah bernama Sukardi di Desa Gunung Agung, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, ketahuan menjual beras bansos sebanyak 400 karung seberat 4 ton dengan harga Rp 36 juta. Beras tersebut dijual Sukardi kepada Pondok Pesantren di Kabupaten Tulangwabang, Senin (27/1/2025).
Warga yang murka kemudian melakukan tindakan pembakaran sepeda motor, mobil hingga rumah milik Sukardi pada Sabtu (17/5/2025) pukul 10.00 WIB. Warga diduga kesal dengan komentar di medsos tentang penyelewengan bansos di Desa Gunung Agung.
"Rumah Pak Lurah dibakar, motor dibakar di depan pom. Infonya sih warga setempat tersulut emosi, masalah komentar di medsos tentang penyelewengan bansos Desa Gunung Agung," kata warga setempat, Ahmad.
Sebelum pembakaran, warga sempat melakukan penyegelan Kantor Balai Kampung dan Kantor Kepala Kampung Gunung Agung. Mereka juga mendesak agar Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah mencopot jabatan Sukardi.
Taufik selaku warga setempat menjelaskan bahwa warga geram melihat ulah Sukardi yang merampas hak orang miskin. Dia juga kesal karena bantuan dari pemerintah pusat yang seharusnya untuk rakyat kecil justru dijadikan ladang bisnis oleh Sukardi.
"Total sudah 4 kali Kepala Kampung Gunung Agung menjual beras bansos. Terakhir dia terpergok menjual 4 ton beras kemasan 10 kilogram ke Tulangbawang," beber Taufik dikutip Grid.ID dari TribunJatim.com.
Adapun seorang saksi mata yaitu Deki, mengaku bahwa dia melihat ratusan karung beras bansos kemasan 10 kilogram diangkut mobil truk pada senin (27/1/2025). Deki kemudian mengikuti truk yang membawa beras bansos tersebut dan akhirnya mengetahui bahwa beras bantuan tersebut dijual.
"Saya tahu Kantor Balai Kampung memang tempat penyimpanan beras bansos, tapi saya curiga kok dikeluarkan jam 7 malam hari secara diam-diam," ujar Deki.
Diketahui dari pihak pembeli, beras tersebut dibeli dari Kepala Kampung seharga Rp 90 ribu per kemasan. Hal ini menguatkan alasan mengapa permasalahan bantuan beras selalu terjadi dan sudah 4 kali warga tidak mendapatkan bantuan beras tersebut.
"Bantuan beras di Kampung kami memang selalu bermasalah, sudah 4 kali ini bantuan beras untuk warga miskin di daerah kami tidak jelas larinya ke mana," ujar Deki.
Baca Juga: Rumah Lurah Dibakar Warga di Lampung, Diduga Ada Tindak Penyelewengan Bansos
Source | : | Kompas,TribunJatim |
Penulis | : | Faza Anjainah Ghautsy |
Editor | : | Ayu Wulansari K |