Grid.ID- Apakah tingkat religius seseorang dapat memengaruhi kemungkinan mereka selingkuh? Jawabannya adalah iya, berpengaruh. Sebuah studi psikologi mengungkap bahwa orang yang menjalankan ajaran agama dengan sungguh-sungguh cenderung lebih tahan terhadap godaan selingkuh.
Mereka tidak hanya menghindari perselingkuhan secara fisik, tetapi juga menjaga diri dari godaan kecil seperti menggoda lawan jenis atau menonton pornografi. Temuan ini memperkuat keyakinan bahwa religiusitas yang sejati bisa menjadi benteng kuat dalam menjaga kesetiaan dalam hubungan.
Orang yang religius, yaitu mereka yang menjalankan ajaran agama dengan sungguh-sungguh dan tidak setengah-setengah, terbukti lebih mampu menahan godaan selingkuh. Hal ini terungkap dalam dua studi berbeda yang meneliti hubungan antara kepercayaan terhadap Tuhan dan perilaku dalam hubungan romantis.
Dalam penelitian yang dimuat di Psychology of Religion and Spirituality, para peneliti menemukan bahwa orang yang percaya pada Tuhan lebih sering diasosiasikan dengan perilaku yang membangun hubungan. Dikutip dari Psypost.org, mereka lebih sering memperlihatkan tindakan yang mendukung pasangannya, seperti menunjukkan cinta, memberi hadiah, atau menjaga komitmen jangka panjang.
Sebaliknya, orang yang tidak percaya Tuhan—dalam hal ini ateis—cenderung diasosiasikan dengan perilaku yang merusak hubungan. Mereka lebih sering dinilai mudah tergoda untuk selingkuh, tertarik pada hubungan jangka pendek, dan cenderung memakai strategi yang menimbulkan tekanan dalam menjaga pasangan.
Dalam salah satu eksperimen, peserta menilai seseorang yang digambarkan sebagai ateis lebih mungkin menggunakan rayuan seksual untuk mempertahankan hubungan dan lebih berpotensi melakukan perselingkuhan dibandingkan mereka yang digambarkan sebagai religius. Perbedaan ini tetap muncul meski penampilan fisik keduanya dianggap sama menariknya.
Stereotip yang berkembang menunjukkan bahwa orang ateis dianggap kurang berkomitmen pada aturan moral yang mengikat hubungan. Sebaliknya, orang religius dilihat sebagai sosok yang memegang komitmen, menjunjung monogami, dan menjaga moralitas dalam relasi.
Hal ini juga diperkuat oleh hasil iFidelity Survey yang dilakukan secara nasional. Berdasarkan informasi dari ifstudies.org, survei ini menunjukkan bahwa orang yang menganggap agama sebagai hal yang sangat penting dalam hidupnya cenderung paling sedikit melaporkan pernah berselingkuh.
Menariknya, orang yang menganggap agama hanya “sedikit penting” atau “cukup penting” justru lebih sering berselingkuh dibandingkan mereka yang tidak religius sama sekali. Ini menunjukkan bahwa setengah-setengah dalam menjalankan ajaran agama tidak cukup untuk mencegah perselingkuhan.
Hanya mereka yang benar-benar menjadikan agama sebagai pegangan hidup yang tampak konsisten menjaga kesetiaan. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa religiusitas menurunkan kecenderungan seseorang untuk menggoda lawan jenis yang bukan pasangannya dan menurunkan konsumsi pornografi, dua hal yang sering menjadi pemicu awal perselingkuhan.
Flirting dan pornografi diketahui bisa memicu ketertarikan emosional atau seksual di luar pernikahan, yang kemudian membuka jalan bagi perselingkuhan. Dengan menghindari hal-hal itu, orang religius seolah membangun pagar untuk melindungi hubungan mereka.
Baca Juga: Deva Mahenra Langganan Jadi Suami Selingkuh di Film, Mikha Tambayong Tak Mau MembatasI
Source | : | Psypost,Ifstudies.org |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |