Grid.ID - Dedi Mulyadi mengaku siap jadi ayah asuh anak korban longsor Gunung Kuda Cirebon. Sang Gubernur Jabar sampaikan hal tersebut saat tinjau lokasi kejadian.
Peristiwa longsor yang terjadi di area pertambangan Galian C Blok Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, memunculkan rasa duka dan keprihatinan dari berbagai pihak. Insiden yang terjadi pada Jumat, 30 Mei 2025 tersebut diduga akibat kelalaian dalam pengelolaan tambang, mengakibatkan 14 orang kehilangan nyawa dan sejumlah lainnya mengalami luka-luka.
Terbaru, Dedi Mulyadi kunjungi lokasi longsor Gunung Kuda Cirebon. Sang Gubernur Jabar bahkan mengaku siap menjadi ayah asuh anak korban.
Dedi Mulyadi menyampaikan duka mendalam atas musibah tersebut.
"Saya baru saja selesai melihat langsung lokasi longsor di penambangan Gunung Kuda. Saya juga menengok salah satu korban, seorang ibu pedagang minuman yang kini berstatus janda dan memiliki empat orang anak," ujar Dedi Mulyadi, dikutip dari Kompas.com.
Dedi menyampaikan bahwa dua dari empat anak korban telah menikah, satu anak sedang bersiap untuk bekerja di Jepang, dan satu lainnya masih duduk di kelas 1 SMA. Hingga kini, tercatat sudah 14 korban jiwa yang berhasil ditemukan, sementara 11 orang lainnya masih dinyatakan hilang dan diduga menjadi korban.
Sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab, Dedi menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan menanggung seluruh biaya pendidikan bagi anak-anak yang kehilangan orang tua dalam peristiwa ini.
"Dan saya bersedia untuk menjadi ayah asuh dari mereka semua," tegasnya.
Dedi turut menekankan pentingnya tanggung jawab moral dalam menjalankan kegiatan usaha, terutama yang berkaitan dengan aspek lingkungan dan keselamatan kerja.
"Semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran penting bagi kita bahwa siapapun yang menjadi tuan harus mengelola pengusahanya dengan baik, bertanggung jawab terhadap seluruh peristiwa yang terjadi," ujar Dedi menutup pernyataannya.
Ia pun berharap seluruh pihak mendapat perlindungan dari Allah SWT di tengah musibah ini.
Baca Juga: Longsor Gunung Kuda Cirebon Tewaskan 14 Orang, Dedi Mulyadi Perintahkan Tutup Tambang Galian C
Saat mengunjungi lokasi longsor Gunung Kuda Cirebon, Dedi Mulyasi juga mengungkapkan bahwa pencabutan izin dilakukan karena buruknya penerapan standar keselamatan kerja di tambang, serta peringatan yang sebelumnya telah diabaikan oleh pihak pengelola setelah mengaku siap menjadi ayah asuh anak korban.
“Cara kerjanya tidak memiliki standar keamanan sebagai pengelola tambang. Jadi, tiga tahun yang lalu sudah saya ingatkan,” ujar Dedi kepada wartawan, dikutip TribunJabar.id.
Ia menambahkan bahwa tambang yang dikelola oleh Koperasi Pondok Pesantren Al-Azhariyah ini telah beberapa kali menerima surat peringatan dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat, namun tidak ada langkah nyata untuk memperbaiki kondisi.
“Untuk itu, tadi malam kami sudah mengeluarkan sanksi administrasi dalam bentuk penghentian izin, pencabutan izin dari tambang ini,” ucapnya.
Tak hanya tambang milik Al-Azhariyah, dua tambang lain yang dikelola yayasan di wilayah yang sama juga ikut dicabut izinnya. Dedi menjelaskan bahwa sejak dirinya menjabat sebagai gubernur pada 20 Februari 2025, ia telah menerapkan moratorium terhadap penerbitan izin baru untuk aktivitas tambang yang berisiko merusak lingkungan atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan kerja.
“Moratorium sejak saya menjabat. Izin yang habis tidak kita perpanjang. Kalau sejak saya memimpin, sangat selektif dan bahkan tidak mengeluarkan lagi izin tambang. Bahkan menutup, kalau menutup, saya banyak,” jelas dia.
Ia juga menuturkan bahwa izin tambang Gunung Kuda sebenarnya masih berlaku hingga Oktober 2025, namun mengingat insiden tragis yang terjadi serta sejumlah peringatan yang sudah dikeluarkan oleh ESDM, akhirnya diambil langkah tegas.
“Izinnya dikeluarkan tahun 2020, saya belum jadi gubernur. Tapi karena peristiwa ini terjadi sekarang, dan ESDM sudah beberapa kali memberi peringatan, akhirnya kita cabut,” katanya.
Menurut Dedi, sikap tegas ini menjadi bagian dari upaya besar menyelamatkan lingkungan Jawa Barat dari eksploitasi tambang berlebihan.
“Saya akan konsisten pada sikap itu. Bahkan kemarin di Karawang dan Subang juga saya tutup. Penambangan emas oleh WNA Korea Selatan juga saya tutup. Hampir ratusan tambang ilegal juga sudah kita tutup,” ujarnya. (*)
Source | : | Kompas.com,TribunJabar.id |
Penulis | : | Fidiah Nuzul Aini |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |