Grid.ID- Apakah pelukan lama dengan lawan jenis bisa disebut selingkuh? Pertanyaan ini memancing perdebatan, tapi sebuah studi mengungkap jawaban yang cukup mengejutkan.
Penelitian ini dilakukan oleh tim dari Ludwig-Maximilian University of Munich dan diterbitkan di The Journal of Sex Research. Studi ini tidak hanya menilai apakah hubungan seksual di luar komitmen termasuk perselingkuhan. Mereka juga menelusuri perilaku-perilaku lain yang seringkali dianggap tak berbahaya seperti pelukan, untuk melihat apakah itu bisa masuk kategori selingkuh, tergantung pada konteksnya.
Peneliti mengevaluasi empat aspek utama dalam menentukan perselingkuhan. Keempatnya adalah perilaku eksplisit, keterlibatan emosional, kontak online yang bersifat erotis, dan durasi hubungan yang terjadi di luar komitmen.
Dikutip dari Psypost.org, Minggu (1/6/2026), mereka menggunakan data dari The German Family Panel yang melibatkan lebih dari 9.000 partisipan dari Jerman, terdiri dari berbagai kelompok umur. Tiap partisipan diminta menilai sejumlah skenario—atau vignette—tentang perilaku seseorang yang melakukan interaksi dengan lawan jenis, seperti berpelukan, berciuman, atau bahkan hanya saling kirim pesan.
Hasilnya menunjukkan, hubungan seksual di luar hubungan utama hampir selalu dianggap selingkuh. Skor probabilitasnya nyaris 100 persen dalam semua konteks.
Ciuman juga dinilai sebagai bentuk perselingkuhan, terutama jika disertai ikatan emosional, perilaku erotis di internet, atau hubungan yang berjalan dalam jangka panjang. Namun yang menarik, pelukan lama juga bisa termasuk selingkuh.
Bila disertai faktor emosional, aktivitas online yang erotis, dan hubungan berkepanjangan, pelukan bisa dianggap sebagai pelanggaran kepercayaan. Probabilitasnya mencapai 80 persen. Tapi bila tidak ada ketiga faktor tersebut, angkanya hanya 11 persen.
Dengan kata lain, selingkuh tidak melulu soal tindakan fisik yang ekstrem. Bahkan pelukan pun bisa dianggap perselingkuhan, tergantung pada konteks hubungan yang mendasarinya.
Studi ini menunjukkan bahwa gabungan dari beberapa perilaku ringan bisa menghasilkan persepsi bahwa seseorang sedang tidak setia, meski masing-masing perilaku itu secara terpisah tak selalu dianggap salah. Menariknya lagi, tak ada perbedaan signifikan antara pria dan wanita dalam menilai mana perilaku yang tergolong selingkuh.
Ini bertentangan dengan teori evolusi yang menyebut bahwa pria cenderung lebih reaktif terhadap perilaku seksual wanita, sementara wanita lebih sensitif terhadap ikatan emosional. Dalam studi ini, baik pria maupun wanita sama-sama menilai keterlibatan emosional sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan.
Studi ini juga menemukan tren lain. Semakin muda usia seseorang, semakin besar kemungkinan mereka menganggap perilaku tertentu sebagai bentuk perselingkuhan.
Baca Juga: Istri yang Selingkuh, Apakah Harus Diceraikan Suami? Ini Penjelasan dalam Hukum Islam
Source | : | Psypost |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Ayu Wulansari K |