Secara keseluruhan, hasil dari ketiga studi ini menunjukkan bahwa anggapan pria lebih royal pada selingkuhan tidak didukung bukti ilmiah. Justru, pria dan wanita cenderung melihat pemberian hadiah sebagai bentuk komitmen jangka panjang.
Hadiah diberikan bukan sekadar untuk memulai hubungan, tapi lebih untuk memperkuat ikatan yang sudah ada. Dalam konteks perselingkuhan, karena hubungan biasanya tidak berniat jangka panjang, maka hadiah pun cenderung tidak sebesar itu.
Meski demikian, para peneliti mengingatkan bahwa nilai uang bukan satu-satunya indikator kualitas hadiah. Hadiah murah bisa saja lebih bermakna daripada yang mahal, tergantung konteksnya.
Selain itu, studi ini hanya melibatkan peserta heteroseksual dan monogami dari Amerika Serikat. Maka, hasil ini belum tentu berlaku secara universal di berbagai budaya atau jenis hubungan lain seperti poliamori.
James dan Williams berharap temuan ini bisa mendorong diskusi dan riset lanjutan mengenai perilaku pemberian hadiah dalam hubungan romantis. Penelitian ke depan bisa memperluas cakupan pada faktor budaya, orientasi seksual, dan bentuk struktur hubungan yang berbeda. Sementara itu, setidaknya mitos bahwa suami tukang selingkuh pasti lebih boros terhadap selingkuhan tampaknya bisa dipatahkan. (*)
Source | : | Psypost |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Irene Cynthia |