Grid.ID- Inilah profil Lee Jae Myung, presiden baru Korea Selatan yang menggantikan Yoon Suk Yeol. Diketahui Yoon Suk Yeol telah dimakzulkan dari jabatannya sebagai Presiden Korea Selatan pada 14 Desember 2024.
Kini Lee Jae Myung-lah yang akan memimpin Korea Selatan setelah melalui perjalanan karier yang penuh lika-liku. Namun, ancaman vonis hukum yang masih membayanginya berpotensi mengguncang kestabilan kekuasaannya.
Bukan tidak mungkin, ia nantinya akan menjalani tanggung jawabnya dengan penuh rintangan dan kontroversi. Untuk mengenal lebih dekat sosoknya, berikut profil Lee Jae Myung, yang dirangkum dari situs BBC dan Korea Times, Rabu (4/6/2025).
Profil Lee Jae Myung
Lahir pada 1963 di desa pegunungan Andong, Provinsi Gyeongbuk, ia merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara dalam keluarga miskin. Masa kecilnya keras. Ia sering absen sekolah dasar karena harus berjalan lima kilometer.
Ia bahkan melewatkan SMP untuk mulai bekerja secara ilegal di pabrik demi membantu ekonomi keluarga. Pada usia 13 tahun, pergelangan tangannya hancur akibat kecelakaan mesin, meninggalkan cacat permanen. Cedera ini kelak membebaskannya dari wajib militer.
Ia pindah ke Seongnam saat remaja, bekerja di berbagai pabrik bersama ibunya dan kakaknya yang membersihkan toilet. Di tengah kehidupan keras itu, Lee mengikuti ujian penyetaraan sekolah dan berhasil masuk SMA pada 1978.
Dua tahun kemudian, ia diterima di Universitas Chung-Ang dengan beasiswa penuh untuk belajar hukum. Pada 1986, ia lulus ujian negara dan menjadi pengacara hak asasi manusia. Karier politiknya dimulai pada 2005 saat bergabung dengan Uri Party, cikal bakal Partai Demokrat Korea (DPK).
Sebagai politisi, Lee dikenal vokal dan tak kenal kompromi. Ia mencalonkan diri sebagai wali kota Seongnam pada 2006 dan kalah, tapi menang pada 2010 dan 2014. Di sana, ia memulai kebijakan kesejahteraan progresif seperti seragam sekolah gratis dan penghasilan dasar universal.
Ia mendapat pengakuan luas saat menjabat Gubernur Provinsi Gyeonggi dari 2018, terutama karena respons cepatnya terhadap pandemi COVID-19. Ia berseteru dengan pemerintah pusat karena ngotot memberikan bantuan tunai merata kepada seluruh warga provinsi.
Popularitasnya melonjak. Lee menjadi kandidat presiden dari DPK pada 2021, namun kalah tipis dari Yoon Suk Yeol.
Ia kemudian terpilih sebagai ketua partai pada 2022. Sejak saat itu, ia mulai menahan diri dari gaya retorikanya yang keras, namun tetap mempertahankan pendirian kuat soal kesejahteraan, sejarah kolonial, dan pemberantasan korupsi. Pendekatannya yang agresif menuai dukungan dari masyarakat kelas pekerja, tapi juga memicu kritik dari elite politik dan pendukung Partai Kekuatan Rakyat (PPP).
Source | : | BBC,Koreatimes.co.kr |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |