Grid.ID - Mengenal tradisi pingitan bagi calon pengantin. Merupakan salah satu adat jawa yang akan dilakukan Al Ghazali dan Alyssa Daguise menjelang pernikahan
Al Ghazali dan Alyssa Daguise mengatakan keduanya sudah tidak sabar menunggu hari pernikahan mereka tiba. Nantinya, Al dan Alyssa juga sepakat untuk dipingit sebelum pernikahan.
Rencana pingitan jelang pernikahan Al Ghazali dan Alyssa ini akan berlangsung selama seminggu. Menurut Alyssa, pingitan nanti bisa menjadi momen suprise di hari pernikahan setelah menahan rasa rindu selama berpisah.
"Sebenernya biar pas hari H itu jadi kayak 'deng'. Ada kangen. Soalnya kamu (Al Ghazali) sebentar aja udah kangen," tutur Alyssa dilansir Grid.ID dari Serambinews.com.
Melansir dari Kompas.com, tradisi pra-nikah yang disebut pingitan merupakan sebuah tradisi adat jawa dimana perempuan atau calon pengantin dilarang berpergian, keluar rumah ataupun bertemu calon suami dari waktu yang ditentukan sampai akad nikah berlangsung. Tradisi ini bertujuan untuk memupuk rindu bagi kedua calon mempelai, melatih kesabaran, membangun rasa saling percaya, serta menjauhkan diri dari bahaya.
Dulunya, tradisi pingitan biasanya berlangsung selama satu hingga dua bulan sebelum hari pernikahan. Namun sekarang, tradisi pingitan dilakukan dalam waktu yang jauh lebih singkat, hanya sekitar 1-2 minggu atau bahkan cukup 1-2 hari saja.
Selama masa pingitan, calon pengantin wanita umumnya menjalani berbagai kegiatan, termasuk perawatan fisik. Perawatan tersebut bertujuan agar calon pengantin wanita terlihat lebih cantik dan memancarkan pesona pada hari pernikahannya nanti.
Tradisi ini sendiri, masih menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Sebagian masyarakat masih memegang tradisi ini, namun ada juga yang menganggap tradisi ini sudah tidak relevan untuk diterapkan di zaman sekarang.
Adapun tradisi pingitan sudah ada sejak dulu dan dilakukan secara turun temurun. Salah satu pahlawan emansipasi wanita, yaitu Raden Ajeng Kartini juga pernah menjalani tradisi ini.
Kisah RA kartini menjalani tradisi pingitan ini diceritakan di laman Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Bagi RA Kartini, saat itu masa pingitan menjadi masa yang penuh dengan kesedihan dan kesunyian, karena tak ada yang mendukung gagasannya dalam membela kaum perempuan.
Diketahui, Kartini dipingit karena dirinya mendapatkan lamaran dari seorang pria ketika usianya saat itu 13 tahun. Selama menjalani masa pingitan, Kartini sadar menangisi nasib tidak akan menyelesaikan masalah, yang diperlukannya yaitu berusaha dan berjuang.
Source | : | Kompas,Serambinews.com |
Penulis | : | Faza Anjainah Ghautsy |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |