Grid.ID- Pesawat Saudia Airlines SVA 5688 yang mengangkut 376 jemaah haji rute Jeddah–Surabaya harus mendarat darurat di Bandara Internasional Kualanamu akibat ancaman bom misterius yang dikirim melalui saluran komunikasi terenkripsi. Inilah kronologi Saudia Airlines mendarat darurat secara lengkap.
Kronologi Saudia Airlines mendarat darurat bermula saat pesawat jenis Airbus A330-300 dengan nomor penerbangan SVA 5688 terbang dari Jeddah, Arab Saudi menuju Surabaya, Indonesia. Pesawat ini membawa 376 jemaah haji.
Menurut kronologi Saudia Airlines mendarat darurat yang diwartakan Tribun Medan, Sabtu (21/5/2026), setelah transit terlebih dahulu di Muscat, Oman, pesawat melanjutkan penerbangan ke Indonesia. Namun, saat melintas di atas wilayah udara India dan memasuki wilayah Indonesia tepatnya di langit Banda Aceh, pilot menerima informasi mencengangkan.
AirNav Indonesia di Jakarta mengonfirmasi adanya ancaman bom yang dikirim melalui komunikasi suara lewat jaringan VPN yang terhubung ke sistem radio. Ancaman ini pertama kali terdeteksi oleh Air Traffic Control (ATC) di Kuala Lumpur, Malaysia, lalu diteruskan kepada pilot pesawat.
Informasi tersebut berasal dari AirNav Jakarta dan langsung mengubah situasi di udara menjadi siaga penuh. Begitu pilot mendapatkan kabar tersebut, ia segera berkoordinasi dengan perusahaan maskapai. Setelah konfirmasi dilakukan, diketahui ancaman tersebut terindikasi serius dan pesawat harus segera melakukan pendaratan darurat.
Karena posisi pesawat sudah berada di atas Banda Aceh, Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, dipilih sebagai lokasi pendaratan alternatif terdekat. Dikutip dari Kompas.com, tepat pukul 09.27 WIB pada Sabtu, 21 Juni 2025, pesawat tersebut mendarat dengan aman.
Pihak Bandara Kualanamu langsung bergerak cepat. Mereka menghubungi pihak keamanan seperti Polda Sumut, Danlanud, hingga Kodam I Bukit Barisan untuk pengamanan maksimal.
Begitu pesawat berhenti, tim gabungan dari TNI, Polri, dan petugas keamanan bandara segera mengevakuasi seluruh penumpang. Para jemaah haji tersebut diminta turun tanpa membawa barang bawaan mereka. Setelah evakuasi selesai, imigrasi memproses dokumen masuk ke Indonesia, dan tim bea cukai menunggu hasil pemeriksaan keamanan dari kepolisian sebelum menangani barang bawaan para penumpang.
Kepala Kantor Otoritas Bandara Wilayah II Medan, Asri Santosa, menyampaikan bahwa ancaman bom dilakukan melalui sistem komunikasi yang disebut sebagai radio speech melalui jaringan VPN. Jalur komunikasi ini bersifat terenkripsi dan tidak menampilkan nomor atau identitas pengirim, hanya menunjukkan negara asal sinyal.
Percakapan terdeteksi dari Kuala Lumpur, kemudian masuk ke Jakarta. Namun hingga kini, keberadaan pasti pengirim teror belum bisa dipastikan. Aparat keamanan masih terus melakukan penyelidikan intensif.
Juru bicara Densus 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, menegaskan bahwa proses skrining telah dilakukan menyeluruh. Semua penumpang, awak pesawat, barang bawaan, hingga seluruh kompartemen pesawat diperiksa dengan teliti.
Source | : | Kompas.com,Tribun Medan |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |