(Baca juga: VIDEO : TKW Asal Indonesia Ngamuk di Singapura, Lempar Kursi Roda Hingga Barang Berharga)
Alias mahasiswa yang berdiam lebih dari visa yang digunakan maka disebut ilegal.
Tidak hanya itu, pihak sekolah juga melakukan DO (drop out) terhadap mahasiswa yang melanggar.
"Perjanjian itu semua kami tuangkan dalam kesepakatan di notaris. Dicap jempol oleh orangtua, anak yang bersangkutan, dan saya sebagai rektor. Dan visa yang digunakan adalah visa khusus, yaitu Visa J1 (berlaku selama satu tahun masa training)," ungkapnya.
Dalam masa training itu, anak didiknya akan diuji coba di hotel bintang lima di Amerika.
(Baca juga: Perlu Nggak sih Mengaktifkan Mode Pesawat Pada Ponsel Saat Naik Pesawat? Simak Penjelasannya yuk )
Interview sebelum training pun tidak main-main karena dilakukan oleh GM atau Chef dari hotel yang memang membutuhkan mahasiswa-mahasiswi STPBI yang berkompeten.
"Di samping mendapat training, juga mendapat bayaran 10 hingga 15 dolar per jamnya. Dan sebetulnya bukan soal duit yang besar itu. Tapi etos kerja dan wawasan internasional, harusnya ini yang dilihat oleh para anak didik," tegasnya.
Sudjana menegaskan lagi, ketika Visa J1 yang dipakai itu habis, maka bisa disebut anak itu ilegal.
Dan tidak diketahui pasti, apakah anak-anak didiknya itu bersama teman atau ada sponsor yang menampungnya.
(Baca juga: Modal Bukti Selembar Foto, Pria Ini Mengaku Sebagai Penjelajah Waktu yang Baru Pulang dari Tahun 6000)
Sebab, sejak November 2017 lalu, Sinta sudah bukan lagi menjadi tanggung jawab STPBI.
"Yang kami sesalkan, kami sudah mencoba menghubungi namun komunikasi diputus. Komunikasi dengan orangtuanya juga terputus. Kami juga sudah memberitahukan Konjen Amerika bahwa mahasiswa kami ada yang tidak pulang, dan sudah melakukan berbagai upaya supaya kembali lanjutkan kuliah," paparnya.
Sebenarnya, sambung Sudjana, ketika masa training itu sendiri, dalam kontrak satu tahun asuransi seorang mahasiswa itu ditanggung melalaui program ITN.
Dan yang menanggung ialah asuransi di Amerika.
(Baca juga: TKW Asal Indonesia Ngamuk di Singapura, Ini Hal Nekat yang Dilakukannya)
Selama satu tahun, ketika sakit, kecelakaan, atau pun meninggal seluruh biaya di-cover oleh ITN.
"Karena dia ilegal, tidak di-cover. Pada prinsipnya orangtuanya juga sudah ke kampus dan meminta maaf. Kebetulan orangtua dan keluarganya orang-orang kapal. Tahu persis bagaimana kebijakan di luar negeri itu. Kemudian, kami tidak bisa menanggung apa-apa, karena sudah mengingkari kesepakatan. Kami hanya monitor saja," jelasnya.
Pihaknya mengetahui saat ini teman-teman Sinta di Amerika berinisiatif menggalang dana untuk biaya pemulangan jenazah.
"Kami bukan tidak bertanggungjawab. Tapi kami sudah sangat memperketat aturan. Tapi ada upaya dari pihak-pihak yang ingin anaknya tidak pulang. Dan itu menyalahi aturan kesepakatan dan sampai saat ini masih ada yang tidak pulang. Jumlah di atas 10 orang," bebernya.
(Baca juga: Hari Ini Pemerintahan AS Resmi Tutup, Benarkah Seperti Ramalan Baba Vanga?)
Sudjana menambahkan, bahwa pihaknya akan melakukan pengetatan lagi dalam melakukan pengiriman training mahasiswa-mahasiswi.
Pihaknya akan meminta pihak ITN dan hotel di Amerika tidak akan memberikan langsung sertifikat itu ke mahasiswa, tapi akan diserahkan di sekolah. Diakuinya, sertifikat ini cukup ampuh untuk anak didiknya mendapat pekerjaan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah pernah tayang di Tribun Bali dengan judul Kisah Jenazah Gadis Cantik Asal Bali Tertahan di Amerika Serikat, Pemulangan Butuh Dana Rp 325 Juta.
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |