Dolly biasa meladeni lelaki di Hotel Simpang atau LMS. Dolly mengaku tidak pernah meminta bayaran uang kepada lelaki yang mengencaninya.
"Aku ini pelacur kelas atas. Aku enggak pernah mau dibayar," jelasnya. Kompensasinya adalah: ia hanya mau menerima berbagai barang mahal. Dalam istilah Dolly, "Aku cuma menerima 'kado'."
Banyak lelaki ingin menikahi Dolly. Tetapi permintaan itu ditampiknya. Dolly memilih menjadi single parent.
Alasannya simpel. Ia tak ingin satu-satunya anak lelaki yang ia miliki menerima perlakukan kasar dari ayah tiri.
Menjadi Germo di Surabaya dan Hijrah ke Malang
Awal 1960-an Dolly hijrah ke Kembang Kuning. Inilah komplek pelacuran di Surabaya.
Ia kemudian diasuh oleh Tante Beng. Nama terakhir adalah nama mucikari sohor pada masa itu.
Sekitar delapan tahun ia menjadi anak kesayangan Tante Beng.
Pada masa-masa itu ia mulai mengumpulkan aset.
Pelajaran ngegermo, menurut Dolly juga ia dapatkan dari sang mucikari.
Sekitar tahun 1969 Dolly memutuskan pindah ke kawasan Kupang Gunung.
Di sanalah ia membangun rumah, di bekas lahan kuburan cina. Dolly mulai mengusahakan "wisma" – istilah lain untuk rumah bordil.
Penulis | : | Aditya Prasanda |
Editor | : | Aditya Prasanda |