Hakim pada saat itu, Nina Tempia, sebenarnya tahu ada resiko bunuh diri yang tinggi.
Alih-alih peduli, dirinya justru mengeluarkan putusan yang dapat membuat ancaman tersebut kian nyata.
Mewakili Love, Edward Fitzgerald QC mengatakan bahwa ada alasan keadilan dan kemanusiaan yang luar biasa mengapa pengadilan harus dilakukan di Inggris.
Sungguh tidak adil dan menindas, ungkapnya, untuk mengekstradisi peretas yang diduga memiliki resiko bunuh diri.
(Baca juga: Pria Palestina Berkursi Roda yang Panjat Tiang Listrik, Perjuangannya Tamat di Moncong Bedil Pasukan Israel)
Liberty, pihak yang termasuk dalam jaringan yang mendukung Love, merasa senang dengan putusan ini.
Emma Norton, kepala bidang hukum kelompok tersebut, mengatakan, "Aktivitas tidak sah yang diduga terjadi di Inggris (dan) mereka yang dicurigai harus diadili di Inggris; (bukan justru) dibawa ke pengadilan asing dengan sistem hukum yang tidak dikenali."
"Ini sangat penting dalam kasus orang-orang rentan seperi Lauri Love," lanjutnya.
(Baca juga: Akun dan Konten Palsu Sengaja Diciptakan, Hacker Muda Ungkap Operasi Intelijen di Dunia Digital)
Diapit kedua orang tua, pacar, serta sejumlah pendukung yang meneriakkan namanya, Love menambahkan:
"Putusan ini bukan hanya untuk menyelamatkan diri dari penculikan dan dikurung selama 99 tahun di negara yang tidak pernah saya pahami."
Tambahnya, "Tapi untuk memberi bukti bahwa ini pernah terjadi dan tidak akan terulang pada orang lain di masa depan."
Penulis | : | Ahmad Rifai |
Editor | : | Ahmad Rifai |