Selain minimnya oksigen yang hanya 30%, tantangan pendaki adalah harus tidak melebihi waktu 24 jam agar selamat.
Banyak cerita dan fakta menyebutkan bahwa di zona ini, ada sekitar 300 mayat pendaki yang meninggal akibat beberapa faktor seperti pengaturan napas yang kurang baik sehingga tabung oksigen habis hingga hipotermia.
Kedua anggota Mahitala Unpar itu berangkat ke Kathmandu, Nepal, Kamis (29/3/2018) malam dari via Bandara Soekarno Hatta, Tangerang.
Kedua pendaki yang tergabung dalam tim The Woman of Indonesia Seven Summits Expediton Mahitala Unpar (WISSEMU) itu sebelumnya telah berhasil mendaki enam puncak gunung tertinggi di dunia sejak tahun 2014.
"Tantangan terberat (pendakian Gunung Everest itu adalah ketinggiannya. Jauh dari yang kami lewati. Strategi pendakian 7 puncak ini sudah kami atur sedemikian rupa, karena kita gak punya medan latihannya di Indonesia. Gunung yang kami daki adalah itu untuk latihan gunung selanjutnya. Everest adalah gunung terakhir," kata Fransiska seusai acara #DengarYangMuda di Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (29/3).
Tim WISSEMU yang mendapat dukungan dari Bank BRI, PT Multikarya Asia Pasifik Raya (MKAPR), dan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) sudah sebulan lebih berada di Tiongkok. (*)
Penulis | : | Alfa Pratama |
Editor | : | Alfa Pratama |