BACA: Beredar Video Detik-detik Penyerangan Terduga Teroris di Mapolda Riau
"Kemudian menggambarkan sebuah apel busuk ketika ada didalam kulkas bersama apel-apel yang baik, maka apel yang baik akan tertular busuk," begitulah ucapan Tari yang diceritakan Yunita.
Misi kelompok Tari dan Anna adalah membangun Negara Islam Indonesia.
Bahkan, Tari meminta Yunita dibaiat di Cimahi dengan membawa uang Rp 400 ribu.
Tari mengajari untuk mendapat uang tidak apa kalau berbohong kepada orang tua.
Setelah itu, Yunita seperti dicuci otak tetapi ia masih bisa mencari pertolongan.
BACA: Warga Ungkap Lokasi Baku Tembak Densus 88 Dengan Terduga Teroris di Surabaya Merupakan Kos-Kosan
Ia bertemu dua perempuan yang 'menyelamatkannya'.
"Setelah saya memutuskan gak mau datang ke ajakannya untuk dibay'at beberapa minggu kemudian saya bertemu lagi dengan Anna di jalan Sekeloa, tiba-tiba dia berjilbab dan pura-pura ga liat seperti ketakutan."
"12 tahun sudah berlalu, sekarang Indonesia sedang darurat teroris, dan saya percaya ini bukan cuma sekedar isu.. Sekarang Tari-Tari lain banyak kita temui di sosmed.. jangan biarkan mereka semakin berkembang
Demi NKRI. Demi Agamaku." pesan Yunita.
Sementara itu dikutip dari Abc.net.au, pengamat politik dan Islam Indonesia dari Australian National University (ANU) di Canberra, Greg Fealy mengatakan bahwa bibit radikal dapat dihentikan jika ada saluran politik yang sehat.
Semakin banyak kita melibatkan orang-orang dengan berbagai pandangan ke dalam sistem politik untuk menyampaikan suara serta memberikan kesempatan, maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk melakukan aksi radikal."
BACA: Terjadi Aksi Baku Tembak Densus 88 dan Terduga Teroris, Satu Orang Tewas
Kondisi di Indonesia hari ini lebih memungkinkan bagi semua kalangan untuk terlibat politik yang sehat.
"Tapi ada sebagian kecil yang juga menolak apa yang disebut demokrasi dan ingin menggantinya dengan sistem lain."
"Seberapapun pluralisnya sebuah negara, tetap akan selalu ada sejumlah kecil yang menolak pandangan ini."
Dalam amatan Greg, toleransi di Indonesia mengalami peningkatan secara umum dalam kurun 10 tahun terakhir.
Namun di saat yang bersamaan, intoleransi juga meningkat, terutama di kalangan Muslim kelas menengah di kota-kota besar, yang menurutnya berperan menyingkirkan Ahok dari dunia politik.
BACA: Kunjungi Rumah Penghadang Teroris di Gereja, Tri Risma Harini: Bapak Kamu itu Pahlawan Nak!
"Data ini kompleks, karena tidak menunjukkan satu arah saja, tapi ada tren berbeda pada sejumlah kelompok warga."
"Secara keseluruhan warga Indonesia lebih toleransi saat ini dibandingkan 10 tahun," tambahnya.(*)
Source | : | Tribun Jabar,abc net |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |