Saya dan suami sama-sama lulusan SMA dan kami menikah muda. Tapi orang tua kami sama-sama pebisnis sehingga kami belajar dari mereka," kata Sally.
Lima bulan mengalami kerugian, atas saran mertuanya ia kemudian membuat batik dari kain sisa penjualannya.
(Baca Juga: Sambut Kemenangan, Seorang Pemenang Taekwondo Tak Sadar Lawannya Tewas)
Sisa modal usaha yang masih ada 12 juta kemudian ia serahkan pada perajin batik kecil di daerah tempat tinggalnya, Trusmi.
Dari sinilah ia kemudian menjualkan batik khas Cirebon yang ia jual ke beberapa kota besar.
Berhasil menjajakan ke toko-toko di kota besar, ia kemudian membuka toko pertama di Jalan Trusmi Kulon No 129 dengan nama batik IBR.
Setelah 2 tahun, toko tersebut ramai dan permintaan pelanggan cukup tinggi, sehingga ia kemudian membuka toko keduanya dengan jarak yang tak terlalu jauh.
Pada tahun 2011 Sally mempunyai empat ruang pamer batik di Cirebon dengan nama Batik IBR, Batik Trusmi (berganti nama menjadi Batik Nayla), Batik Raja dan Batik Trusmi yang dibuka awal tahun 2011.
Kini luas toko Pusat Grosir Batik Trusmi Cirebon mencapai 1,5 hektar.
Jumlah karyawan yang bekerja padanya berjumlah lebih dari 850 orang disamping bekerja sama dengan 500 lebih pengrajin batik.
Ruang pamerannya atau showroom ini merupakan yang terbesar di Jawa Barat dengan konsep one stop shopping.
(Baca Juga: Beginilah Kecanggihan Chengdu J-20 China yang Dianggap Pesaing Utama Pesawat Siluman F-22 Raptor Milik AS)
Tak hanya itu, kain batik produksinya juga di ekspor ke berbagai negara, hingga Eripa dan Amerika.
Setidaknya ada 7000 potong kain sutera batik yang ia ekspor yang dikirim melalui eksportir di Bali setiap minggunya.
"Kami hanya menyediakan kain sesuai permintaan pelanggan.
Soal ekspor diserahkan ke eksportir," tutup Sally.(*)
Penulis | : | None |
Editor | : | Nailul Iffah |