Menurutnya, respon perusahaan ojol yang mengaku mitra pengemudi telah diberikan sanksi tak dianggap cukup sebagai tindak keras melawan pelecehan.
"Izin ya Min @lambe_ojol , gue ambil fotonya. Dan buat @grabid , foto ini akan terus berada di postingan gue, sampai adanya berita kejelasan tentang si pelaku pelecehan VICKICH ANRIO SUGIHARTO dan CETRA NURFIANTORO !
Karena response kalian 'mitra pengemudi telah diberikan sanksi sesuai kode etik' is not FUCKING good enough! Kalau foto ini ada untuk waktu yang lama, ya berarti gue paham sikap kalian dalam menindak-lanjuti kasus pelecehan seksual, ternyata sangatlah remeh. Terserah followers gue, mau tetap mengambil resiko pake jasa kalian apa engga," tutup Ge Pamungkas.
Sejumlah aktivis menyesalkan rencana mediasi itu lantaran Grab dinilai tak peka terhadap kondisi psikologis korban.
”Pelecehan seksual yang dilakukan pengemudi Grab ini sudah yang kesekian kalinya terjadi. Komentar Grab di akunnya itu cenderung memojokkan korban yang dianggap tidak kooperatif,” ujar Saras Dewi, aktivis perempuan yang juga dosen Filsafat Universitas Indonesia.
Dia menilai ajakan Grab itu justru menimbulkan trauma ke korban. ”Sebaiknya Grab menjumpai korban untuk mendengarkan laporan dan kronologinya,” saran Saras.
Saras merespons negatif ajakan mediasi Grab itu yang dicuitkan melalui akun Twitter kepada Grab Indonesia.
”Ini sikap yang tidak sensitif. Mediasi itu jika ada persengketaan, tetapi ini adalah pelecehan seksual dan harus ditindaklanjuti oleh Grab untuk memidanakan mitra driver-nya dan menyempurnakan sistem kemanan untuk melindungi penumpang, khususnya perempuan,” paparnya. (*)