Find Us On Social Media :

Istri Bisa Lakukan Ini Jika Mencurigai Suami Mengidap Hiperseks yang Menginginkan Hubungan Intim Berkali-kali

By Ridho Nugroho , Jumat, 7 April 2017 | 21:45 WIB

Penderita hiperseks bisa diberikan obat-obatan untuk mengurangi nafsu atau dorongan seksnya, di samping obat penenang

Laporan Wartawan Grid.ID, Ridho Nugroho

Grid.ID – Ada kalanya frekuensi hubungan intim antara pasangan suami istri terjalin lebih dari biasanya.

Apalagi bagi kamu yang merupakan pengantin baru.

Tentu momen bermesraan di ranjang adalah waktu terfavorit untuk mereka yang baru resmi menjadi sepasang suami istri.

Tapi, bagaimana jika terjadi pada pasangan yang sudah menikah lama, bahkan hingga sudah memiliki banyak anak.

Apakah itu tandanya suami mesra atau memang masih selalu mencintai dan menginginkan kamu?

(BACA JUGA: Seperti Apa Ciri-ciri Pria yang Mengidap Hiperseks Sehingga Menuntut Istri Untuk Selalu Berhubungan Intim?)

Nah, bisa saja ini menjadi indikasi hiperseks, dimana pasangan memiliki keinginan dan gairah berhubungan intim yang lebih dari kuantitasnya secara normal.

Dikutip Grid.ID dari Nova.id, ini ulasan lengkap pengobatan hiperseks bagi pasangan suami istri.

Jadi, selain frekuensi hubungan seks yang sangat tinggi, harus pula diperhatikan ada-tidak ciri promiscuity, sebelum mencurigai pasangan menderita hiperseks.

Tentunya, bila benar ia menderita hiperseks, harus minta bantuan ahli.

Soalnya, kualitas berintim-intim pada suami-istri yang salah satunya menderita hiperseks, tak sebagus dengan yang dilakukan atas dasar sukarela atau suka sama suka.

(BACA JUGA: Seperti Apa Ciri-ciri Seorang Wanita Disebut Hiperseks Sehingga Dianggap Menderita Kelainan?)

"Motivasinya, kan, bukan untuk saling melayani berdasarkan cinta kasih dan saling memuaskan, melainkan karena kekhawatiran-kekhawatiran tertentu semisal khawatir pasangan berpaling bahkan berselingkuh dengan orang lain. Sedangkan tujuan si hiperseks sendiri juga hanya untuk memenuhi dorongan seksualnya yang bersifat sesaat," ujar Dr. Gerard Paat, MPH.

Jadi, memang amat diragukan apakah hubungan tersebut dilandasi perasaan cinta.

Padahal wanita butuh suasana emosional yang kondusif untuk bisa berintim-intim.

Sementara hubungan seksual yang sehat hanya bisa terwujud bila kedua belah pihak menjadikan seks itu sendiri sebagai bagian dari ikatan cinta mereka berdua.

Menurut Gerard, kalau memang kita tengah dalam kondisi tak siap untuk memenuhi kebutuhan seks pasangan yang hiperseks, semisal lagi capek, ya, tak perlu dipenuhi/dituruti.

(BACA JUGA: Suami yang Selalu Minta Berhubungan Intim Setiap Hari Belum Tentu Hiperseks, Ini Kata Pakar!)

"Bukankah hubungan seks harus bersifat sukarela dan tanpa paksaan?

Jadi, istri ataupun suami tak wajib melakukan hubungan seks kalau memang tak menginginkannya.

Bila sampai terjadi pemaksaan berarti ada perkosaan di antara suami-istri."

Perlunya bantuan ahli juga didasarkan pertimbangan penderita hiperseks tak disarankan mengobati diri sendiri.

Apalagi penyebabnya amat beragam, hingga dibutuhkan pengobatan yang simultan atau bersamaan sekaligus antara pengobatan medis/fisik dan psikoterapi atau terapi kejiwaan.

"Penderita hiperseks bisa diberikan obat-obatan untuk mengurangi nafsu atau dorongan seksnya, di samping obat penenang," bilang Gerard.

(BACA JUGA: Tak Berdarah Saat Hubungan Seks Pertama Kali? Kata Dokter Bisa Saja, Ini Alasannya)

Sementara psikoterapi dibutuhkan karena hiperseks biasanya menimbulkan konflik dengan pasangan gara-gara pasangannya tak mau diajak berhubungan seks sementara dorongannya sudah begitu menggebu.

Disarankan pengobatan dilakukan bukan hanya oleh si penderita, tapi juga pasangannya mengingat dampaknya dirasakan oleh kedua belah pihak.

Pengertian dari pasangan jelas sangat dibutuhkan, semisal dengan berinisiatif mengajak berobat.

"Penderita hiperseks pasti mau menerima tawaran tersebut karena dia sendiri juga menyadari perilakunya tak bisa dibenarkan.

Dia enggak merasa bangga, kok, dengan kondisi hiperseksnya, apalagi kalau harus clash kiri dan kanan."

Menurut Gerard, si penderita sendiri justru merasa sedih dan tersiksa karena dia berusaha keras menahan dorongan seksual yang berlebihan, tapi tak kuasa bila keluhannya sudah tergolong parah.

"Jadi, pasangan yang hiperseks sebetulnya bukan orang egois seperti yang kerap'dituduhkan' banyak orang," tutupnya. (*)