Find Us On Social Media :

Kisah Asep Yaya, Bocah Bandung Bersuara Terompet, 2 Bulan Susah Bernapas hingga Dibully Teman Sekolahnya

By Agil Hari Santoso, Kamis, 20 Desember 2018 | 18:02 WIB

Kisah Asep Yaya, Bocah Bandung Bersuara Terompet, 2 Bulan Susah Bernapas hingga Di-bully Teman Sekol

Laporan Wartawan Grid.ID, Agil Hari Santoso

Grid.ID - Asep Yaya (9) akhir-akhir ini dikenal sebagai bocah Bandung bersuara terompet.

Asep Yaya, bocah Bandung bersuara terompet ini harus menderita karena ada peluit yang bersarang di saluran pernafasannya.

Mengutip Kompas.com, Asep Yaya si bocah Bandung bersuara terompet ini sudah berkondisi seperti itu sejak 14 Oktober 2018.

Setiap bernapas, bocah yang tinggal di Kampung Cimalang, Grimukti, Saguling, Bandung Barat ini selalu mengeluarkan suara terompet.

 Baca Juga : Kasat Reskrim Polrestabes Bandung Ceritakan Detik-detik Ditemukannya Jenazah Adik Ipar Arumi Bachsin

Walau sedang dalam kondisi sakit, Asep Yaya tetap tampak sehat dan selalu bermain sebagaimana anak-anak lainnya.

Berikut fakta tentang Asep Yaya, bocah Bandung bersuara terompet.

1. Berawal ketika bermain peluit

Mengutip Tribun Jabar, Asep bisa mengeluarkan suara terompet ketika dirinya tengah bermain pada Minggu (14/10/2018) lalu.

Saat itu, ia tengah bermain peluit di rumah bibinya.

Saat Asep tengah meniup-niup peluit yang berukuran 3 cm itu, saudaranya tiba-tiba meminta untuk digendong.

"Pas digendong, dia (Asep) jatuh, peluitnya ketelen," ujar Subandi, ayah Asep, dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

 Baca Juga : Bangga Kota Bandung Kalahkan Sakhalin City Rusia di Acara Reality Show Korea, Ridwan Kamil: Kamsahamnida

2. Peluit didapat dari sandal berbunyi

Subandi, ayah Asep mengatakan, peluit yang ditelan anaknya berasal dari sandal.

"Itu pet-petan bekas sandal," ujar Subandi.

3. Sempat dibawa ke puskesmas

Kejadian Asep menelan peluit ini pertama kali diketahui oleh bibinya.

Setelah sang bibi memberitahu orang tua Asep, Asep langsung dibawa ke puskesmas terdekat.

 Baca Juga : Hari Santri Nasional, Presiden Jokowi Sampaikan Sambutan pada Malam Puncak Santriversary di Bandung

Pihak puskesmas kemudian memberikan rujukan ke salah satu rumah sakit di Kota Baru Parahyangan, Bandung Barat.

4. Terkendala Biaya

Ayah Asep yang sehari-hari bekerja menjaring ikan di Waduk Saguling, mengaku sempat mengurungkan niatnya membawa sang anak ke rumah sakit karena terkendala biaya.

Mengutip Kompas, Subandi juga mengaku bahwa dirinya belum memiliki BPJS.

"Intinya saya enggak punya duit," ujar Subandi.

 Baca Juga : Dari Lahan Kosong Tetangga yang Terjual Sampai Tanggapan Plt Wali Kota Bandung, Inilah 4 Fakta di Balik Kasus Eko yang Tak Punya Jalan ke Rumah

5. Dua bulan bersuara peluit

Karena kekurangan biaya, Asep harus bertahan dengan kondisi peluit yang tersangkut di saluran pernafasannya selama dua bulan.

Selama dua bulan tersebut, setiap hari Asep selalu mengeluarkan suara terompet di kala bernapas.

"Selama dua bulan itu kalau jalan kecapekan, terus kalau tidur pulas, itu terdengar bunyi (peluit) nya," ungkap Subandi, dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

Bahkan, Asep selalu mengeluh sesak nafas setiap kali kecapekan.

 Baca Juga : Diblokade Tembok Tetangga Kiri Kanan, Warga Bandung Ini Tak Bisa Masuk ke Rumahnya

6. Sempat dibully hingga tak mau sekolah

Mengutip Tribun Jabar, Asep yang menderita kondisi 'unik' ini sempat menjadi bahan ejekan di sekolahnya.

"Pak, saya besok enggak mau sekolah, malu," ungkap sang ayah saat menirukan perkaataan Asep.

Mengutip Tribun Jabar, kira-kira sudah sebulan lamanya Asep tak bersekolah karena selalu mengeluarkan suara terompet.

"Kadang satu minggu cuman dua hari sekolah, kadang masuk satu hari," tambah Subandi.

 Baca Juga : Diblokade Tembok Tetangga Kiri Kanan, Warga Bandung Ini Tak Bisa Masuk ke Rumahnya

7. Kini sudah sembuh total

Beruntung, Asep kini bisa bernapas lega setelah peluitnya berhasil diangkat oleh tim medis Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Mengutip Kompas.com, Asep sudah bisa bernapas normal setelah mengikuti proses endoskopi pada Kamis (20/12/2018).

"Pasiennya tidur, alatnya masuk melalui mulut ke saluran nafas, lalu ke cabang pernafasan utama. Saat bendanya ditemukan langsung diambil," ujar Kepala KSM Ilmu Kesehatan THT-KL dr.Lina Lasminingrum.

Lina mengaku, tim dokter bisa mengangkat peluit karena terbantu oleh bunyi yang dikeluarkan peluit berukuran 3 cm itu.

"Untungnya ini peluit, jadi ada bunyinya. Bunyinya sendiri yang memberikan arahan kepada kami dimana posisinya," ujar Lina, dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

(*)