Find Us On Social Media :

Ade Jigo Ungkapkan Kondisi Jenazah Istri Saat Ditemukan Usai Diterjang Tsunami Banten

By Nurul Nareswari, Jumat, 4 Januari 2019 | 08:23 WIB

Ade Jigo dan istri

"Saat matahari terbit saya mau tinjau ke lokasi, namun security bilang 'Pak, evakuasi diberhentikan dulu karena hujan dan ada peringatan gelombang mau naik lagi'," cerita Ade.

Petugas itu lantas memberitahu bahwa ada jenazah perempuan di dalam klinik dan meminta Ade untuk melihatnya.

"Itu coba dilihat siapa tahu Bapak kenal keluarga'. Saya tanya 'cewek atau cowok?', 'cewek', 'iya Pak, nanti saya lihat'," ucap Ade.

Baca Juga : Ade Jigo Ungkap Keinginan Terakhir Istri Sebelum Diterjang Tsunami Banten

Awalnya, Ade tidak menghiraukan permintaan petugas tersebut karena masih meyakini bahwa sang istri selamat.

Bahkan Ade menyuruh pengasuh anaknya untuk melihat jenazah tersebut.

"Karena saya yakin istri saya selamat. keluar bapak security itu dari ruangan klinik itu, enggak lama balik lagi. Saya penasaran kenapa bapak itu ngeliatin anak saya, anak saya lagi tidur dua-duanya," tutur Ade.

"Dia bilang 'ini kayaknya mirip sama jenazah yang di belakang', 'tapi coba aja Bapak cek' digituin saya," sambungnya.

"Saya belum siap, saya minta tolong mbak (pengasuh anak) saya cek, enggak lama pembantu saya itu menjerit teriak. 'wah, berarti ini istri saya' saya sudah yakin. Dia balik, pingsan, saya bangunin," tambahnya lagi.

 Baca Juga : Beberapa Hari Pascatsunami Sebuah Benda Keluar dari Mata Ade Jigo

Mendengar teriakan tersebut, Ade Jigo baru yakin bahwa jenazah tersebut adalah istrinya.

Ia pun memberikan ketegaran kepada pengasuhnya yang lebih dulu melihat jenazah istrinya.

"Mbak bangun. Mba harus kuat jaga anak saya," ujar Ade Jigo.

Ade Jigo pun melihat kondisi jenazah sang istri yang tampak tidak ada luka maupun memar.

"Kondisinya nggak ada memar nggak ada luka. Setelah divisum, ternyata dia terlalu banyak minum air dan nggak bisa renang. Dia nggak bengkak. Kayak tidur aja," jelas Ade Jigo.

Bahkan Ade Jigo sempat mencium kening sang istri.

"Saya cium keningnya, masih wangi istri saya," kenangnya. (*)