Find Us On Social Media :

TERPOPULER : Sedih, Kisah Remaja Berprestasi Dipasung, Lambang di Baju Aris Idol Jadi Perhatian, Sampai Kisah Haru Kakek Mulyono yang Bergaji 350 ribu, Tapi Mampu Bisa Naik Haji

By Novrina, Kamis, 27 Juli 2017 | 14:09 WIB

Aris Idol di Polres

GRID.ID – Banyak kisah terpopuler menjadi minat pembaca. Tak hanya dari berita selebriti, tapi berita yang mengandung inspirasi dan perhatian.

Diantaranya yang diminati adalah berita soal anak remaja berprestasi yang terpaksa dipasung, baju Aris ‘Idol’ yang bikin perhatian khalayak, hingga kisah haru seorang kakek yang berpenghasilan 350 ribu, namun mampu menunaikan ibadah haji.

Dari ketiga kisah ini, Grid.ID pun merangkumnya menjadi berita terpopuer.

Remaja Bintang Sekolah itu Harus Dipasung, Sedih, Peristiwa Ini yang Membuat Jiwanya Terpukul

Nasib orang memang tak ada yang tahu. Termasuk kisah pilu dari wanita asal Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, bernama Jumiati ini.

Ia harus menjalani hidup dalam pasungan. Siapa sangka, sebelumnya, ia adalah siswa sekolah yang dikenal sangat cerdas dan berprestasi.

Jumiati (23), tinggal di sebuah rumah panggung sederhana. Dia duduk dalam ketidakberdayaan.

Kedua kakinya dalam pasungan.  Sarnin (55), ibu Jumiati, menceritakan, anaknya baru saja dipasung.

Tepatnya baru pada 23 Juli 2017. Anaknya itu kerap mengamuk dan seperti hilang ingatan ketika marah.

Bahkan dia sering jadi sasaran amuk anak ketiganya itu.  Bukan hanya dirinya, barang-barang seperti jendela kaca, lampu, dan televisi kerap jadi korban amuknya.

Itulah alasan rumah di mana Jumiati tinggal, tak memiliki jendela dan televisi.

Terakhir yang jadi sasaran amukan Jumiati adalah kakaknya sendiri yang tinggal persis di samping rumahnya.

(BACA : Ayu Ting Ting Kalahkan Madonna di Instagram, Begini Katanya!)

Saat itu, Jumiati meminta uang Rp 500 ribu dan tak diberi. Lalu ia pun mengamuk. Sejak amukan terakhirnya itu, keluarga tak ingin lagi mengambil risiko.

Jumiati terpaksa dipasung.

Menurut Sarnin, perangai suka marah dan mengamuk baru terjadi tiga tahun terakhir.

Itu terjadi setelah Jumiati pulang dari kediaman bapaknya di Palangka Raya.

"Dia pulang, diantar bapaknya ke bus. Sendiri. Datang jam 7 malam, lempar tas, langsung lari," tutur Sarnin pada Kompas.com, Rabu (26/72017) sore.

"Pas ditanya, 'mau ke mana?'. Dia jawab 'ada Abah, Ibu (tiri) di sana'," lanjut Sarnin mengutip ucapan Jumiati.

Ema, kakak sepupu Jumiati mengatakan, adiknya akan marah dan mengamuk bila meminta uang tak langsung dipenuhi.

Ia lebih sering marah sama ibunya.

Namun hal itu tidak akan diingat Jumiati, ketika ia dalam kondisi normal.

Ia menduga adiknya tersebut depresi. "Tapi entah karena apa. Dia ini pendiam sebenarnya," ungkap Ema.

Siswa Berprestasi

(BACA : Keren!, Bilqis Anak Ayu Ting Ting mendapat Cibiran Warganet, Ayu Pun Menyikapi dengan Bijak, Begini Katanya...)

Sarnin mengatakan, selain pendiam, semasa sekolah anaknya tergolong cerdas.

Dari SD sampai SMK ia selalu mendapat ranking.

"Dia menerima beasiswa. Mengaji pintar, buat kaligrafi pintar," ujar Sarnin.

Selepas SMA dia daftar kuliah, sebelum pergi ke Palangka Raya untuk menemui ayahnya.

Namun, sepulangnya dari ibu kota Kalimantan Tengah itu, ia mulai berubah.

Selain gampang marah dan mengamuk, ia juga terkadang pergi tak pulang ke rumah hingga berhari-hari.

"Pernah sampai sepuluh hari," ucap Sarnin.

Sang ibu pun menceritakan, Jumiati tidak senang dengan perceraian dirinya dan Purwanto ayahnya.

Ketika itu terjadi, Jumiati sudah berada di bangku kelas 1 SMP.

Jumiati mengakui anaknya ini dulu memang dekat dengan bapaknya, dan paling terpukul dengan perceraian itu.

"Kami (keluarga) enggak sakit hati. (Tapi) dia sakit hati," ungkap Sarnin.

Jumiati sendiri terlihat normal. Ia mau menjawab satu dua pertanyaan tamu dan wartawan.

Ia juga tampak senang saat difoto. Namun, saat disinggung soal perangainya yang kadang menakutkan itu, ia tak merasa melakukannya.

Kasus pemasungan ini diketahui oleh Dinas Sosial Kabupaten Kotawaringin Barat.

Nur Aini, Kepala Dinas Sosial Kotawaringin Barat mengatakan, Jumiati, mengalami gangguan kejiwaan.

Karena itu pihaknya akan berkoordinasi dengan rumah sakit dan Dinas Kesehatan.

"Kalau ditetapkan sebagai pasien yang harus kita rujuk, ya kita rujuk ke Banjarmasin. Kalau harus dirawat di sini kami persilakan paramedis merawat di sini," kata Nur Aini. (*)

Perhatikan Jaket yang Dipakai Aris, Saat Datang ke Polres Jakarta Selatan

Makin panas saja perseteruan antara Aris Idol dan Ihsan Tarore.

Kemarin (26/7/2017) Aris, jalani proses Berita Acara Pemeriksaan atas laporannya mengenai dugaan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Ihsan Tarore.

Ada hal menarik yang terlihat saat Aris jalani BAP di Polres Jakarta Selatan itu.

Dengan topi dibalik, dia menggunakan jaket hitam.

Diatas namanya, ada tulisan Brigade 08.

Siapa atau apa itu Brigade 08?

Dari penelusuran ke beberapa sumber, Brigade 08 itu merupakan Organisasi Masa.

Mengintip ke website resmi mereka (www.brigade08.com) latar belakang berdirinya ormas ini bersifat sosial untuk dapat membantu anggota-anggota yang militan dan loyal terhadap Organisasi

Brigade 08 agar dapat dikaryakan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup setiap anggota sesuai dengan keahlian setiap anggota.

Di dalam website itu juga dituliskan kalau ormas itu berdiri untuk mendukung pencalonan salah satu kandidat presiden Indonesia.

Calon presiden yang dimaksud adalah Prabowo Subianto dan waktu itu saat pencalonan untuk periode 2014-2019.(*)

Kisah Haru Mulyono, Meski Hanya Bergaji Rp 350 Ribu, Akhirnya Bisa Berangkat Haji

Konon, tak semua orang benar-benar 'terpilih' untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji.

Banyak orang yang meski punya uang berlebih, nyatanya selalu saja ada hal yang membuatnya urung berangkat.

Sebaliknya, orang yang tak punya uang dan secara logis tak bisa menunaikan ibadah haji, nyatanya bisa berangkat.

Nah, kisah seorang kakek asal Tulungagung ini, menjadi satu contohnya.

Berikut kisah yang dikutip Grid.id dari Surya.co.id.

Mulyono (75) tinggal di sebuah rumah sederhana di Dusun Kebunagung, Desa Rejoagung, Kecamatan Kedungwaru.

(BACA : TERPOPULER: Nagita Slavina Dicibir Netizen Gara-gara Jumlah Karya, Pretty Asmara Bikin Polisi Kesulitan Hingga Kabar Terbaru Rachel Amanda yang Mengalami Penyakit Serius)

Saat ditemui Wartawan, Mulyono beristirahat di rumahnya, usai mengikuti acara pelepasan haji.

Laki-laki sederhana ini terlihat sumringah, meski raut mukanya kelehan.

Matanya langsung berkaca-kaca, saat ditanya persiapannya berangkat ke tanah suci.

“Saya tidak menyangka bisa berangkat (haji),” ucapnya dengan suara bergetar, karena rasa haru.

Mulyono adalah petugas kebersihan Masjid Agung Al Munawwar Tulungagung, sejak 30 tahun silam.

Setiap bulan ayah tiga anak dan kakek lima cucu ini mendapat upah Rp 350.000.

Mulyono berkisah, tahun 2011 silam, sang anak mendaftarkan dirinya untuk menjalankan ibadah haji.

Setiap bulan Muyono harus mengangsur pembayaran sebesar Rp 500.000.

Seluruh uang hasil jerih payahnya membersihkan masjid digunakan semua untuk membayar angsuran.

“Begitu saya niat berangkat haji, banyak jamaah yang memberi infaq kepada saya. Hasilnya dikumpulkan untuk angsuran. Kalau ada sisa dipakai untuk keperluan,” ujar Mulyono.

Mulyono mengenang, dirinya pernah beberapa kali pengajian ke rumah orang yang baru pulang dari ibadah haji.

Ketika itu dirinya mempunyai keinginan untuk bisa ke tanah suci.

Setelah enam tahun mengangsur, kini Mulyono menjadi salah satu Calon Jamaah Haji (CJH) asal Tulungagung yang berangkat.

Kini Mulyono fokus menjaga kondisi fisik. Setiap hari Mulyono berjalan mengelilingi luar Stadion Rejoagung Tulungagung, sebanyak empat kali.

Kadang pagi hari Mulyono berangkat ke Masjid Agung Al Munawwar yang berjarak sekitar 6 kilometer dengan berjalan kaki.

“Sebelum daftar, ayah saya ini sempat “curhat", apakah bisa berangkat haji dengan gaji segitu. Saya bilang, kalau Allah menghendaki pasti bisa,” ucap Lilik Mulyani (29), anak ke-3 Mulyono.

Lilik pula yang mencarikan informasi pendaftaran haji yang dianggap terjangkau.

Lalu Lilik mendapat informasi program dana talangan haji, yang dikeluarkan sebuah bank syariah.

Pihak bank kemudian memesan kursi untuk Mulyono, senilai Rp 25 juta.

Untuk pendaftaran awal, Mulyono membayar Rp 2.500.000.

Dana talangan Rp 25 juta itulah yang harus diangsur Mulyono selama enam tahun.

Dari jadwal tunggu, seharusnya Mulyono berangkat pada 2021 mendatang.

“Bahkan waktu tunggunya sempat mundur hingga 2024. Terus saya dua tahun lalu diberi tahu soal pengajuan calon jamaah yang lansia. Kebetulan Juni kemarin bapak sudah berusia 75 tahun,” ungkap Lilik.

Menurut Lilik, jalan ayahnya menuju tanah suci mendapatkan kemudahan.

Setelah melakukan pelunasan pada Bulan Juni, ada pemberitahuan Mulyono lolos dan akan diberangkatkan tahun ini.

Setelah dicek di Kantor Kementerian Agama Tulungagung, nama Mulyono memang tercantum.

Mulyono diminta melakukan pelunasan, sebesar Rp 11 juta. Lilik menegaskan, semua biaya yang diperlukan berasal dari hasil jerih payah ayahnya.

Terutama dari infaq jamaah yang tergerak hatinya, setelah tahu Mulyono akan berangkat haji.

Sebelumnya Mulyono sempat mengeluhkan sakit, karena sebelumnya menjadi perokok berat.

Jantungnya juga bermasalah. Namun setelah cek kesehatan, Mulyono dinyatakan sehat.

“Di KBIH tempat ayah saya ini ada tujuh orang lansia. Ayah saya satu-satunya yang tidak memerlukan pendamping,” tutur Lilik.

Kini tugas membersihkan Masjid Agung Al Munawwar sudah didelegasikan ke menantunya, Suyono.

Sementara Mulyono terus bersiap, menunggu keberangkatannya ke tanah suci....

 (*)