Find Us On Social Media :

Ayahnya Kabur ke Suriname Tahun 1929, Anaknya Yang Kini 80 Tahun Akhirnya Bisa Kunjungi Kulonprogo

By Way, Senin, 23 Oktober 2017 | 03:11 WIB

Sugiran Wongso Taroeno saat bertemu keponakannya yang tinggal di Jakarta.

Grid.ID-Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Suriname adalah rumah kedua bagi suku Jawa di luar negeri.

Di Suriname, penduduk Jawa jumlahnya sekitar 15 persen.

Saat penjajahan Belanda, banyak warga Indonesia, terutama dari Jawa, yang dibawa pergi ke Suriname untuk dijadikan pekerja kasar di perkebunan.

Sebagian besar tidak pulang ke Indonesia, dan beranak pinak di Suriname.

(Baca : Vivo V7+ Dukung Jakarta Fashion Week 2018, Saatnya Inovasi Teknologi Berpadu Dengan Kreatifitas Gaya Hidup Modern )

Mereka tetap mempertahankan budaya Jawa hingga sekarang, dan sehar-hari berbahasa Jawa kasar (ngoko).

Tentu saja mereka menyimpan kerinduan yang besar pada keluarganya di Jawa.

Kemarin, beberapa orang dari Suriname berkesempatan mengikuti Program Family Pilgrim, dengan berkunjung ke Indonesia.

Soegiran Wongsotaroeno (80) atau dipanggil Mbah Wongso Warga Suriname keturunan Jawa seakan tak percaya jika hari bahagia yang sudah lama dinanti-nantikannya telah tiba.

Wajah Soegiran Wongsotaroeno (80) pagi itu terlihat begitu bersemangat dan berbingar-bingar, pada Jumat (20/10/2017). 

Mengenakan baju batik dan topi, ditemani Bibid Kuslandinu, Pelaksana Fungsi sosial Budaya KBRI Paramaribo, Mbah Wongso melahap sarapan paginya di hotel.

"Saya sudah tidak sabar bertemu dengan keluarga di Kulonprogo.Tujuan saya jauh-jauh ke Indonesia ini ya untuk bertemu dengan keluarga," ujar Soegiran Wongsotaroeno (80) atau dipanggil Mbah Wongso dalam bahasa Jawa ngoko