Find Us On Social Media :

Bikin Haru, Warga Republik Irlandia Kutuk Israel yang Buat Sengsara Penduduk Palestina

By Ahmad Rifai, Jumat, 8 Desember 2017 | 19:40 WIB

Solidaritas rakyat Republik Irlandia untuk Palestina | The Irish Times

Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai

Grid.ID - Sebuah kampanye solidaritas terhadap rakyat Palestina digelar di negara mayoritas pemeluk Katolik Roma.

Sebuah petisi yang berisi 23 ribu tanda tangan diserahkan ke pemerintah setempat.

Mereka tanpa memandang agama yang dipeluk rakyat Palestina, menuntuk agar hubungan perdagangan senjata dihentikan.

Sebuah aksi solidaritas yang bertajuk Ireland-Palestine Solidarity Campaign (IPSC) digelar di Republik Irlandia.

(Baca juga: Mimpi buruk bagi Setiap Warga Negara, Tiongkok Akan Dapat Penjarakan Orang Tak Bersalah Selama Bertahun-Tahun)

Mereka menuntut Republik Irlandia agar mengakhiri kerjasama bilateral dalam perdagangan senjata dengan Israel.

Aktivis hak asasi manusia, deputi dan senator di Parlemen Republik Irlandia, serta perwakilan dari Dewan Kota Dublin, semuanya dalam satu barisan.

Dikutip wartawan Grid.ID dari Sputnik, mereka berdiri di luar gerbang Parlemen.

Ada yang melakukan aksi teatrikal seolah-olah telah meninggal.

(Baca juga: Saat Pengendara Mobil Adu Jotos dengan Anggota TNI, Terlihat Gerak-Gerik Perempuan Mencurigakan, Ternyata Ini yang Dilakukannya)

Orang-orang Irlandia yang terlibat dalam kegiatan ini kemudian melakukan aksi jalan kaki menuju kantor Perdana Menteri Leo Varadkar.

Dikutip wartawan Grid.ID dari Real Progressive, kordinator aksi ini, Fatin Al Tamimi dan John Dorman, akan mengajukan petisi kepada Leo Varadkar.

Al Tamimi adalah seorang warga Palestina-Irlandia.

Sebelum menyerahkan petisi, dirinya mengungkapkan, "IPSC telah mengumpulkan lebih dari 23 ribu tandatangan."

(Baca juga: Benarkah Adu Pukul Disebabkan karena Pemilik Mobil Buang Sampah? Ini Penjelasan Resmi TNI)

Yang ikut bertanda tangan menyerukan, "Diakhirinya perdagangan bilateral antara Republik Irlandia dan Israel."

"Perdagangan selama dekade terakhir ini, telah bernilai sekitar 22 juta Euro."

"Rabu ini, 4 Oktober, kami akan menyerahkan petisi ke Pemerintah Republik Irlandia."

Ini bertujuan untuk, "Membuat mereka sadar bahwa keuntungan dari penindasan, penjajahan, dan pembunuhan pada orang-orang Palestina tak dapat diterima oleh rakyat Republik Irlandia."

(Baca juga: Mengejutkan, Israel Ternyata Pasok Senjata ke Tentara Myanmar, Banyak yang Kaget, Pernah Ikut dalam Pembersihan Etnis di Eropa)

Lanjut Al Tamimi, tujuan utama IPSC adalah untuk memulai embargo senjata ke Israel.

Selain itu, hal ini juga dapat mengilhami perubahan di tingkat pemerintah untuk menjamin kebebasan dan keadilan bagi rakyat Palestina.

"Tujuan kami adalah untuk menyoroti keterlibatan Republik Irlandia yang memalukan dalam peindasan rakyat Palestina akibat perdagangan mematikan ini."

"Kami mengharapkan embargo senjata atas apartheid kolonial yang membunuh, menindas, menyiksa, serta yang mencuri tanah dan kebebasan rakyat Palestina dari hari ke hari."

(Baca juga: Israel Lakukan Hal Keji Ini pada Warga Negaranya Sendiri, Tega dan Super Kejam, "Lebih Baik Mati daripada Terdaftar Sebagai Tentara Zionis")

Sebenarnya, Republik Irlandia punya nasib yang hampir mirip.

Mereka pernah punya sejarah diduduki oleh Inggris.

Republik Irlandia sendiri telah lama berada di posisi untuk mendukung rakyat Palestina.

Di sisi yang lain, Irish Republican Army (IRA) di Irlandia Utara telah menyatakan solidaritasnya pada organisasi Palestina, Palestine Liberation Organization (PLO).

(Baca juga: Hati-Hati, Unduh Aplikasi Ini, Banyak Warga Dikeluarkan dari Pekerjaannya, Ternyata Ini Alasan Pemerintah)

IRA merupakan satu dari berbagai gerakan bersenjata di Irlandia pada abad 20 dan 21.

Mereka mendedikasikan diri untuk republikanisme Irlandia.

Ada kepercayaan bahwa seluruh Irlandia harus menjadi republik yang independen.

IRA berdiri di atas landasan bahwa kekerasan politik, bila itu dapat membantu, dapat diperbolehkan untuk mencapai cita-cita mereka.

(Baca juga: Tuhan Akan Diciptakan oleh Sejumlah Pakar Teknologi, Sang Juru Selamat atau Sedang Memanggil Iblis?)

Setidaknya, kurang lebih solidaritas ini telah di mulai pada dekade tahun 70-an.

Irlandia Utara dan Republik Irlandia tentu 2 negara yang berbeda.

Irlandia Utara ada di posisi yang sama dengan Inggris.

Sedangkan Republik Irlandia menentang pendudukan dan hegemoni Inggris di tanah mereka.

(Baca juga: Sistem Pada Otak Robot Makin Otonom, Benarkah Manusia Akan Jadi Rongsokan di Masa Depan?)

Sebuah ketegagan antara Republik Irlandia dan Israel pernah terjadi.

Hal ini berkaitan dengan seorang aktivis, Rachel Corrie.

Dia saat itu bepergian dengan seorang aktivis perdamaian asal Irlandia Utara, Mairead Maguire.

Dia berlayar dari pantai timur Irlandia dalam upaya untuk mencegah penggusuran pemukiman rakyat Palestina oleh tentara Israel.

(Baca juga: Timbulkan Ancaman Kolosal, Vladimir Putin Peringatkan Perkembangan Artificial Intelligence, Penggagas Peradaban di Mars Ejek Pendiri Facebook Karena Tak Paham Persoalan)

Rachel Corrie lalu terbunuh di tahun 2003.

Dengan kejam, dia dilindas oleh sebuah buldozer milik Israel.

Awalnya, dia ingin memblokir buldozer tersebut agar tak jadi menggusur pemukiman rakyat Palestina.

Dia membentuk barikade seadanya menggunakan tubuhnya sendiri.

(Baca juga: Stephen Hawking Khawatir dengan Narasi Robot Akan Punya Pikiran Seperti Manusia, Partner Steve Jobs Malah Bilang Begini)

Di tahun 2010, sebuah skandal yang berkaitan dengan Republik Irlandia dan Israel juga sempat terjadi.

Saat itu seorang diplomat Israel menggunakan paspor palsu dari Republik Irlandia.

Dia menggunakan identitas palsu tersebut untuk melacak dan membunuh seorang pejabat Hamas di Dubai.

Ini membuat hubungan yang tegang di antara kedua negara.

(Baca juga: Punya Tampang Keibuan dan Pelukable, Nenek Ini Ternyata Sangat Berbahaya, Kerap Sampaikan Berita, Perdamaian Dunia Terancam)

Jadi, rakyat Republik Irlandia mendukung Palestina bukan karena kesamaan identitas agama.

Mereka tergugah dan berani mendukung perjuangan rakyat Palestina karena kebebasan dan solidaritas kemanusian tak terbatas pada sekat-sekat suku, ras, agama, dan antar golongan.(*)