Find Us On Social Media :

Bak Perkebunan Mayat, di Desa Trunyan Mayat Dibiarkan Membusuk dan Tergeletak di Tanah

By None, Rabu, 10 April 2019 | 21:04 WIB

Bak Perkebunan Mayat, di Desa Trunyan Mayat Dibiarkan Membusuk dan Tergeletak di Tanah

Grid.ID – Setiap daerah bahkan negara memiliki tradisi atau ritual pemakaman yang berbeda-beda.

Di Indonesia sendiri, banyak ritual pemakaman yang masih diterapkan hingga kini.

Salah satu contohnya adalah Desa Trunyan di Kecamatan Kintamani, Bali, yang terkenal dengan proses pemakaman yang dianggap cukup unik.

Bagaimana tidak, tubuh manusia yang telah meninggal tidaklah dikubur dan dikremasi sebagaimana mestinya, melainkan dibiarkan terbuka dan membusuk begitu saja.

Baca Juga : Pengemis Tua Ditemukan Meninggadi Jalanan dengan Segepok Uang dan Tabungan Mencapai Rp 15,4 Miliar!

Jenazah akan diletakan di tempat pemakaman Seme Wayah.

Untuk menuju ke Seme Wayah hanya dapat ditempuh dengan jalur atau atau menyebrangi Danau Batur.

Di sana, pengunjung akan melihat banyak tulang yang berjejer, tebaran uang, hingga barang-barang lain yang akan dibiarkan bersama jenazah tersebut.

Beberapa jenazah akan dibaringkan dalam sangkar bambu untuk menghindari hewan buas.

Baca Juga : Cara 'Cerdas' Pengemis Dubai yang Sanggup Raup Rp 1 Miliar Perbulannya

Ketika semua sangkar sudah penuh, maka jenazah yang paling lama akan dibuang untuk memberi ruang bagi mayat baru dengan meletakannya di atas tumpukan.

Ketika tubuh mayat sudah hancur akibat panas matahari, tulang-tulangnya akan ditempatkan di sebuah altar di bawah pohon suci.

Baca Juga : Ini Bukti Syahrini Sudah Tampil Heboh Serta Tenteng Tas Branded Seharga 1,2 Miliar Rupiah Sejak Dulu

Menariknya, meski dibiarkan terbuka, tetapi tidak ada bau menyengat yang ditimbulkan dari tubuh jenazah.

Hal ini karena adanya sebuah pohon besar dan tinggi yaitu taru menyan. Pohon inilah yang menetralisir bau tidak sedap dari pembusukan tubuh.

Baca Juga : Anak 7 Tahun Penderita Leukimia ini Tinggalkan Sepucuk Surat yang Amat Menyentuh Untuk Orangtuanya

Di desa ini, ada tiga tempat pemakaman yang terpisah yaitu, Seme Wajah yang diperuntukan bagi mereka yang meninggal secara wajar.

Lalu Seme Bantah untuk mereka yang meninggal tidak wajar atau akibat kecelakaan dan Seme Muda untuk bayi, anak kecil, dan yang belum menikah.

Baca Juga : Tanpa Makeup, Maia Estianty Pamer Wajah Natural yang Super Cantik dan Awet Muda!

Hanya laki-laki saja yang diizinkan untuk pergi ke sana dan mengantarkan jenazah setelah ritual persiapan dilakukan.

Pesiapas yang dimaksud meliputi pembersihan jenazah dengan air hujan dan membungkusnya dengan kain, tetapi bagian kepala tidak tertutup.

Baca Juga : Kisah Asmara Soekrno dan Naoko, Ditentang Negara Hingga Keluarga Naoko 'Hancur'

Perempuan Trunyan tidak diperbolehkan untuk mengunjungi tempat pemakaman.

Mereka percaya bahwa desa akan terkena gempa bumi atau letusan gunung berapi jika perempuan mendatangi pemakaman tersebut.

Baca Juga : Penampilan Rumahan ala Syahrini Ketika Menunggu Suami Pulang Kerja Curi Perhatian

Selain itu, mereka yang baru mengunjungi makam tidak boleh langsung masuk ke Pura Pancering Jagat dan harus melalui proses pembersihan dulu.

Artikel ini sudah tayang di NationalGeographic.co.id dengan judul "Di Desa Trunyan Bali, Mayat-mayat Dibiarkan Membusuk Tanpa Dikubur".