Find Us On Social Media :

Tradisi Persembahan Kepala Manusia Sebagai Mas Kawin dan Ritual Adat Suku Naulu

By None, Kamis, 11 April 2019 | 14:16 WIB

Mengenal Tradisi Persembahan Kepala Manusia Sebagai Mas Kawin dan Ritual Adat

Grid.ID – Berada jauh di pedalaman, masyarakat Suku Naulu asal Maluku terkenal hidup dengan mempertahankan tradisi nenek moyangnya.

Tidak seperti masyarakata pada umumnya di Indonesia, Suku Naulu lebih banyak hidup tanpa memeluk agama apapun.

Seperti beberapa suku Indonesia yang mempertahankan tradisi nenek moyang, mereka memeluk kepercayaan yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

Baca Juga : Iki Palek, Ritual Potong Jari yang Dilakukan Suku Dani Setiap Ada Kerabat yang Meninggal

Untuk bertahan hidup, penduduk suku Naulu akan berladang dan berburu.

Masyarakat yang mendiami Pulau Seram, Maluku ini memiliki tradisi yang mengerikan bagi sebagian besar orang.

Bagi mereka, berburu kepala manusia merupakan persembahan kepada nenek moyang.

Tradisi inilah yang membuat suku Naulu dianggap sebagai suku primitif.

Mereka percaya bahwa tradisi ini wajib untuk dilakukan agar terhindar dari bahaya atau musibah.

Selain itu, tradisi ini dianggap sebagai sebuah kebanggaan dan simbol kekuasaan.

Baca Juga : Terisolasi dan Berada Jauh Di Dalam Hutan Amazon, Suku Zoe Memegang Predikat Suku Paling Bahagia

Kepala manusia memiliki arti penting bagi suku ini. Maka, tidak heran bila kepala manusia juga dijadikan sebagai mas kawin ketika seseorang dalam suku Naulu akan menikah.

Pada zaman dahulu, raja suku Naulu menggunakan cara ini untuk memilih seorang menantu laki-laki.

Sebagai bukti kejantanan, sang pria harus membawa kepala manusia sebagai mas kawin.

Baca Juga : Kisah 3 Wanita Kota Cantik yang Nikahi Suku Pedalaman, Karena Cinta?

Persembahan kepala juga dilakukan saat penduduk mengadakan sebuah ritual Pataheri, ritual yang dilakukan sebagai perayaan atas dewasanya seorang anak laki-laki.

Bagi remaja yang berhasil memenggal kepala seseorang, mereka akan mengenakan ikat kepala merah sebagai simbol kedewasaan.

Tradisi ini sempat dinyatakan hilang pada awal tahun 1900-an. Namun, beberapa sumber mengatakan bahwa tradisi ini masih dilakukan hingga tahun 1940-an.

Setelah bertahun-tahun, tradisi ini tidak lagi terdengar.

Baca Juga : Mengenal Suku Kalash, Tempat Para Wanita Bermata Biru Bermukim

Hingga akhirnya, pada tahun 2005, ditemukan dua mayat tanpa kepala di kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah.

Kedua mayat tersebut diidentifikasi bernama Bonefer Nuniary dan Brusly Lakrane, yang ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena bagian tubuhnya telah dipotong-potong.

Seperti dikutip dari Tribun Jambi pada Rabu (17/10/2018), hasil penyelidikan menunjukkan bahwa keduanya dibunuh oleh Suku Naulu sebagai persembahan kepada leluhur.

Baca Juga : Mengenal Tradisi Potong Jari Suku Dani Sebagai Bentuk Rasa Kehilangan

Pelakunya merupakan warga dengan marga Sounawe, yang melakukan ritual ini untuk memperbaiki rumah adat mereka.

Kejadian ini membuat para pelaku mendapat hukuman yang cukup berat. Ketiga pelaku, Patti Sounawe, Nusy Sounawe, dan Sekeranane Soumorry dijatuhi hukuman mati.

Sedangkan tiga pelaku lainnya, Saniayu Sounawe, Tohonu Somory, dan Sumon Sounawe dipenjara seumur hidup.

Sejak kejadian ini, lembaga hukum berusaha untuk melakukan sosialisasi kepada semua pihak tentang adanya hukuman tegas bagi tindakan pembunuhan.

Kini, tradisi penggal kepala telah dihapus dan tidak terdengar lagi adanya korban yang menjadi persembahan.

Artikel ini sudah tayang di NationalGeographic.co.id dengan judul "Kepala Manusia Sebagai Mas Kawin dan Tradisi Penggal Kepada Suku Naulu".