Find Us On Social Media :

Bisa Berakibat Fatal, Hindari 7 Kesalahan yang Sering Dilakukan saat Memberi Makan Bayi

By None, Selasa, 16 Juli 2019 | 20:58 WIB

Ilustrasi memberi makan bayi

Grid.ID - Memberi makan bayi tidak boleh dilakukan secara sembarangan.

Dalam tiap perkembangannya, makanan yang diberikan untuk bayi harus sesuai dengan tahapan dan kemampuannya.

Penting bagi orang tua untuk memahami makanan apa yang cocok untuk bayi karena bila tak diperhatikan bisa membahayakan kesehatan anak.

Saat baru lahir, bayi belum bisa makan karena ia baru belajar dan organ pencernaannya belum siap untuk mencerna makanan biasa.

Baca Juga: Kolaborasi Terbaru, IndomieXChitato Keluarkan Starter Kit Limited Edition

Karena itu, memberinya makanan harus melalui tahapan tertentu.

Misal, 6 bulan pertama kehidupannya, ia hanya memperoleh nutrisi dari ASI.

"Baru setelah itu, ia diperkenalkan dengan makanan padat, dari bubur susu lalu makin lama makin meningkat sampai nasi setelah ia berusia setahun," kata dr. Budi Purnomo, Sp.A.

Toh, pada kenyataannya, masih banyak orang tua yang kurang paham akan hal tersebut meski sudah dijelaskan dokter.

Yang diterapkan justru pola yang ada dalam keluarga dan sudah turun-temurun dilakukan.

Padahal, risikonya tak sedikit jika bayi diberi makanan tanpa melalui tahapan yang seharusnya. Berikut sejumlah kesalahan yang sering dilakukan orang tua.

Baca Juga: Perut Kembung Tak Perlu ke Dokter, Atasi dengan Mengonsumsi 5 Buah-buahan ini!

1. Terlalu cepat memberi makanan padat

Harusnya, baru di usia 4 (enam) bulan bayi mulai diberi makanan padat.

Yang banyak terjadi, belum lagi umur 6 bulan, bayi sudah diberi makanan padat semisal pisang atau nasi.

Padahal, "Bisa menyebabkan gangguan di usus. Misal, ususnya tersumbat atau melintir."

Budi menjelaskan, dinding dalam usus berisi jonjot-jonjot usus yang di dalamnya berisi enzim dengan fungsi mengolah makanan yang masuk ke dalam saluran usus.

"Bayi usia 4 bulan biasanya masih sedikit enzimnya. Jonjotnya juga belum sempurna."

Alhasil, makanan padat yang masuk tak diolah.

"Cuma memberi rasa kenyang tapi tak diserap, karena enzim yang bertugas mencerna masih kurang."

Nah, kalau keadaannya parah, bisa terjadi perforasi alias kebocoran usus.

Bahkan, bisa pecah karena makanan padat menumpuk dan tak bisa hancur di usus.

Baca Juga: Ratna Sarumpaet Ulang Tahun di Penjara, Sang Cucu Ikut Tiup Lilin

2. Hanya diberi susu

Yang juga banyak terjadi, anak hanya diberi susu karena tak mau makan.

Padahal, menunda pemberian makanan padat jika memang sudah waktunya, tak baik bagi sistem pencernaan anak.

Bisa bisa, jonjot-jonjot ususnya tak terangsang untuk berkembang.

Padahal, kalau kurang dirangsang, lapisan jonjot akan tetap tipis bahkan mungkin "gundul".

"Masalahnya, lapisan jonjot-jonjot usus yang tipis ini akan mempengaruhi ketahanan anak. Kalau ususnya terkena infeksi, akan mudah habis dan makin terkikis."

Patut juga diingat, jika anak sudah besar hanya diberi susu, kecukupan gizinya tak akan terpenuhi dengan baik.

Makin besar bayi, kebutuhan asupan makanannya juga makin besar, bukan?

Baca Juga: Terungkap, Ternyata ini Menu Makanan Para Anggota Kerajaan Inggris yang Diungkap Koki Kerajaan

3. Salah memberikan susu

Secara garis besar, susu formula dibagi dalam 2 jenis, yaitu susu formula pemula (starting formula) dan lanjutan (follow-up formula).

Susu formula pemula sebenarnya hanya diberikan kepada anak-anak yang tak mendapat ASI. Bisa karena ASI tidak keluar atau sang ibu memiliki masalah lain.

Namun yang terbaik tetaplah ASI.

Apa efeknya bila susu formula untuk anak di atas usia setahun diberikan pada bayi? Yang jelas, kandungannya berbeda.

Umumnya berupa susu full cream yang banyak mengandung laktosa.

Sementara tubuh bayi baru menghasilkan enzim untuk mencerna laktosa mulai usia 4 bulan.

Alhasil, susu tak tercerna dengan baik dan bisa membuat si kecil diare.

Sebaliknya, kalau di atas usia setahun masih diberi susu pemula, asupan gizi jadi kurang karena susu pemula adalah susu formula yang diencerkan.

Baca Juga: Murah Meriah, Ternyata ini Rahasia Perawatan Wajah Flawless dan Awet Muda ala Syahrini

4. Vitamin sebagai jalan pintas

Orang tua pasti ingin memberi gizi terbaik bagi anaknya.

Yang terjadi, sebagai jalan pintas, anak diberi aneka vitamin.

Begitu juga kalau anak tak punya nafsu makan, dijejali macam-macam vitamin.

Padahal, vitamin tak mutlak diberi jika makannya sudah cukup.

"Kalau asupannya dirasa kurang, boleh-boleh saja dikasih vitamin," kata Budi.

Kendati boleh memberi vitamin sebagai penambah nafsu makan, "Tetap harus dicari penyebabnya, kenapa anak tak doyan makan. Jangan terus-terusan dikasih vitamin."

Masalahnya, anak, apalagi bayi, sulit makan karena berbagai penyebab.

Baca Juga: LINK LIVE STREAMING Gerhana Bulan Sebagian Rabu 17 Juli 2019, Astronom Sebut Ini Gerhana Kasatmata Terakhir Sebelum 2021

Bayi usia 6 bulan yang baru dikenalkan makanan padat, misal, tentu perlu waktu lama untuk beradaptasi.

Belum lagi pencernaannya juga baru belajar mencerna makanan dan si bayi juga baru belajar mengunyah serta menelan.

"Jadi, teliti dulu, benarkah ia tak nafsu makan atau karena ada masalah lain yang berhubungan dengan proses mencernanya. Misal, ia memang belum terampil menelan atau tak suka rasa makanannya."

5. Menggunakan bumbu tambahan

Kalau jumlahnya tak terlalu banyak, masih bisa ditolerir asal tujuannya mengenalkan aneka rasa pada anak.

Kaldu dan kecap juga boleh diberikan agar ia mengenal berbagai rasa.

Tentunya setelah Si kecil usia 6-7 bulan, atau setelah ia boleh mengkonsumsi nasi tim.

Baca Juga: 5 Warna yang Sebaiknya Dihindari untuk Dinding Kamar Tidur, Bikin Suasana Tak Nyaman!

6. Memberikan telur mentah

Banyak orang tua meyakini, telur mentah bisa menambah daya tahan bayi. Padahal, justru berisiko, lo.

Masalahnya, kita tak tahu persis, seberapa bersih telur.

Jangan-jangan malah sudah terkontaminasi banyak kuman.

"Untuk bayi dan anak, sebaiknya rebus telur sebelum diberikan. Daya tahan anak kecil masih rentan untuk melawan kuman," ungkap Budi.

7. Menu tak seimbang

Mentang-mentang anak suka bubur, orang tua memberinya terus-menerus tanpa variasi.

Padahal, seperti dijelaskan Budi, antara karbohidrat, lemak, protein, buah, dan sayuran harus diberikan secara seimbang.

Variasi makanan juga penting agar si kecil mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan.

Baca Juga: Pakar Mikro Ekspresi Sebut Raut Muka Barbie Kumalasari Tunjukkan Kebohongan

8. Tidak memerdulikan kebersihan

Masalah yang satu ini juga sering dianggap enteng. Padahal, daya tahan tubuh bayi/anak masih rentan.

Mereka perlu makanan dan alat makan yang bersih/steril agar tubuhnya tak kemasukan kuman penyakit.

Gara-gara kebersihan tak terjaga, gangguan saluran cerna anak jadi terganggu seperti diare. (*)

Artikel ini telah tayang di Nova.grid.id dengan judul Aneka Kesalahan Saat Memberi Makan Bayi