Find Us On Social Media :

VIRAL Awan Topi Menyelimuti Puncak Gunung Rinjani, Meskipun Cantik Ternyata Berbahaya Bagi Manusia

By None, Kamis, 18 Juli 2019 | 14:02 WIB

VIRAL Awan Topi Menyelimuti Puncak Gunung Rinjani, Meskipun Cantik Ternyata Berbahaya Bagi Manusia!

Grid.ID - Belakangan penampakan kejadian alam tak biasa terjadi di Gunung Rinjani, Lombok.

Di media sosial banyak beredar foto puncak Gunung Rinjani diselimuti awan berbentuk kubah layaknya topi.

Viral dan menghebohkan media sosial, kejadian unik di Gunung Rinjani ini ternyata disebut dengan awan topi atau cap cloud.

Baca Juga: Janda 40 Tahun Digerebek di Kamar Hotel Sedang Asyik Berdua dengan Remaja 17 Tahun

Cap cloud atau awan topi adalah fenomena yang terjadi di puncak gunung.

Dari kejauhan awan tersebut tampak diam.

Melansir dari akun Instagram BMKG, @infobmkg, awan topi termasuk awan jenis stratus atau tumbuhnya menyamping.

Awan tersebut melayang di atas puncak gunung.

Selain itu, awan topi berbentuk lenticular atau cekung-cembung.

Baca Juga: Potret Cantik Shakinah Azalea Napasha, Putri Pasha Ungu yang Kini Beranjak Remaja

Hal tersebut terjadi karena adanya angin lapisan atas pada arah horizontal.

Pembentukan awan topi disebabkan pendinginan dan kondensasi udara lembap yang dipaksakan naik ke atas karena orografi atau ada gunung dan di atas puncak gunung.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan awan topi yang termasuk lentikular terbentuk akibat aliran naik udara hangat yang membawa uap air mengalami pusaran.

"Itu sering terjadi di pucak gunung," katanya, Rabu (17/7/2019), dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Bukan Hanya Bikin Tubuh Melar, Kebanyakan Makan Gula Juga Bisa Berdampak Negatif bagi Kulit

Mengutip dari Kompas.com, Marufin Sudibyo, astronom amatir Indonesia mengatakan awan topi bisa bertahan selama beberapa jam hingga berhari-hari.

Oleh sebab itu, awan tersebut seperti topi yang dipasang di atas gunung.

Awan topi berbentuk unik sehingga sering dijadikan latar selfie.

Berbahayakah awan topi bagi pendaki?

Baca Juga: Kebaikan Berbuah Manis, Tunawisma ini Dapat Imbalan Tak Terduga karena Jujur Kembalikan Dompet Penuh Uang pada Pemiliknya

Di balik bentuknya yang cantik, awan topi berisiko menimbulkan bahaya untuk pendaki.

Mengutip dari Tribunnews, turbulensi atau pusaran angin yang membentuk awan topi menyebabkan suhu di puncak gunung menjadi sangat dingin.

Hal tersebut berbahaya bagi pendaki karena berisiko menyebabkan hiportemia.

Hipotermia adalah kondisi mekanisme tubuh kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin.

Baca Juga: Gaji Rata-rata Rp84 Juta per Bulan, Warga Swiss Justru Hidup Pas-pasan dan Tak Pernah Bisa Kaya

Gejala hipotermia ringan seperti berbicar amelantur, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.

Pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah hingga hanya 3-4 kali bernapas dalam satu menit.

Semenatara di tingkat yang lebih parah, penderita tidak sadar diri, badan menjadi sangat kaku, pernapasan sangat lambat hingga kehilangan panas tubuh.

Selain itu, hembusan angin saat terjadi awan topi bisa membuat pesawat terguncang sehingga bisa kehilangan altitudenya dengan cepat.

Baca Juga: Lama Vakum di Dunia Hiburan, Aktor Tampan Ini Pilih Jadi Pengemudi Ojol dan Jualan Nasi

Awan Topi di Gunung Rinjani

Fenomena awan topi bukan pertama kai terjadi di Gunung Rinjani.

Sebelumnya, fenomena alam itu pernah terjadi pada 2009 dan terakhir pada 2018, tepatnya pada Mei dan September.

Namun, awan topi kali ini berbeda dari sebelumnya.

"Namun memang topinya tidak pernah sesempurna ini. Topi awan terjadi karena ada pusaran angin di puncak. Kami selalu berkoordinasi dengan BMKG soal ini," kata Teguh Riyanto, Kepala Seksi Wilayah I Lombok Utara, Taman Nasional Gunung Rinjani, Rabu (17/7/2019), dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Hits Seperti sang Mama, Intip Gaya Fashion Mikhayla Anak Nia Ramadhani yang Stylish

Bagi Anda yang ingin mendaki jangan khawatir, pendakian tetap dibuka.

"Berjalan seperti biasa, tidak ada warning untuk pendakian," tutur Teguh kepada KompasTravel, Rabu (17/7/2019).

Teguh merinci jumlah pendaki Gunung Rinjani sejak dibuka kembali pada 14 Juni 2019.

Pendaki yang masuk lewat jalur Senaru sebanyak 2.062 orang, jalur Sembalun sebanyak 461 orang, jalur Aik Berik sebanyak 107 orang, dan jalur Timbanuh sebanyak 286 orang.

"Jumlah tersebut sejak (Gunung Rinjani) dibuka kembali sampai kemarin (16/7)," tuturnya. (*)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Apa Itu Awan Topi yang Terjadi di Puncak Gunung Rinjani? Ada Bahaya di Balik Bentuk yang Cantik