Find Us On Social Media :

Gempa Banten Berpusat di Sunda Megathrust, Peneliti LIPI Ingatkan Gempa Dahsyat 400 Tahun Lalu di Selatan Jawa : Dipastikan Akan Terjadi Lagi, Tidak Tahu Waktunya Kapan

By Andika Thaselia, Minggu, 4 Agustus 2019 | 07:00 WIB

Gempa Banten yang mengguncang wilayah Jawa Barat dan sekitarnya berpusat pada Sunda Megathrust, lempengan 'keramat' yang simpan ancaman mega tsunami.

Grid.ID - Gempa Banten yang mengguncang wilayah Jawa Barat dan sekitarnya terjadi pada Jumat (2/8/2019).

Dahsyatnya gempa Banten tak cuma dirasakan di wilayah Jawa Barat saja.

Kompas.com memberitakan, gempa Banten yang berpusat di Sunda Megathrust ini juga terasa hingga Yogyakarta, Solo, sampai Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Baca Juga: Rasakan Pusing Setelah Gempa Bumi, ini yang Sebenarnya Terjadi Pada Tubuh

Sebagaimana dilaporkan oleh BMKG, gempa Banten kali ini berpusat di 107 km barat daya Sumur, Banten.

Setelah sebelumnya disebut memiliki kekuatan 7,4 SR, BMKG menganulir informasi tersebut dan menyatakan bahwa gempa Banten mengguncang dengan kekuatan 6,9 SR.

Posisi pusat gempa yang berada di Sunda Megathrust ini disampaikan oleh pakar tsunami dari Menteri Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari.

Baca Juga: Gempa Banten Sempat Picu Peringatan Dini Tsunami: ini Kenapa Beberapa Gempa Bumi Sebabkan Tsunami dan yang Lainnya Tidak

Mengutip pemberitaan Kompas.com, Sunda Megathrust merupakan wilayah pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia.

Sunda Megathrust diyakini para peneliti bisa memicu gempa besar dan tsunami.

Menurut pemodelan geologi, di Sunda Megathrust tersimpan potensi gempa dengan magnitudo yang cukup dahsyat, 8,8 SR.

Baca Juga: Belum Sehari Gempa Banten Viral Kabar Sesar Baribis 'Neraka' di Perut Bumi Jakarta, Begini Kata Ahli

Sempat viral beberapa waktu lalu, Sunda Megathrust juga menyimpan potensi tsunami setinggi lebih dari 20 meter.

Bukan hanya mitos dan isu yang digembar-gemborkan, potensi gempa dahsyat dan mega tsunami yang tersimpan di Sunda Megathrust ini memang benar adanya.

Bahkan, sejarah mencatat bahwa wilayah selatan Jawa pernah diguncang gempa dahsyat pada 400 tahun yang lalu.

Baca Juga: Gempa Guncang Banten Terasa Hingga Jakarta: Benarkah Kalimantan yang Akan Jadi Ibu Kota Indonesia Bebas Gempa?

Sebagaimana diberitakan oleh Antara, Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto mengatakan bahwa wilayah selatan Jawa pernah diguncang gempa 9,0 SR.

Kepada Antara, Eko mengatakan bahwa gempa dahsyat tersebut berpotensi terulang kembali.

Hanya saja, Eko dan peneliti lain tidak tahu kapan pastinya gempa dahsyat akan terjadi kembali.

Baca Juga: Gempa 7,4 Magnitudo Guncang Banten: Prilaku Aneh Hewan ini Jadi Pertanda Akan Adanya Gempa

"Gempa raksasa itu skalanya 9 atau lebih besar.

"Dan itu pernah terjadi di selatan Jawa.

"Sudah dapat dipastikan akan terjadi lagi meski tidak tahu waktunya kapanm," kata Eko saat ditemui Antara pada Jumat (2/8/2019) malam.

Baca Juga: Gempa dengan Magnitudo 6,9 Sempat Landa Banten dan Berpotensi Tsunami, Inilah 7 Tanda-tanda yang Mungkin Muncul Sebelum Datangnya Tsunami

Memperkuat argumennya, Eko mengatakan bahwa jejak sejarah menunjukkan bahwa di Jawa pernah terjadi tsunami raksasa.

"Karena tsunami raksasanya ada, berarti gempa raksasanya juga ada," lanjutnya.

Gempa yang terjadi 400 tahun lalu ini diperkirakan terjadi sekitar abad ke-16.

Baca Juga: Fakta Sunda Megathrust, Ancaman Bagi Jakarta karena Berpotensi Timbulkan Gempa 9 SR

Yakni sekitar tahun 1584 atau 1586.

"Yang kita temukan sekitar 400 tahun lalu yang kemudian kita cross-check degan data sejarah, kita menduga bahwa kejadian itu sekitar tahun 1584 atau 1586 yang kemudian terkait dengan lahirnya mitos atau legenda Ratu Laut Selatan Nyi Roro Kidul Itu," ujarnya.

Eko menambahkan, untuk membentuk gempa dengan kekuatan maha dahsyat diperlukan waktu yang cukup lama.

Baca Juga: Gempa dengan Magnitudo 7,4 Guncang Jakarta dan Sekitarnya, Beberapa Kota Berpotensi Tsunami

Karena semakin besar energi yang dilepaskan maka semakin lama waktu yang diperlukan.

Untuk gempa dengan magnitudo sekitar 7,4 SR, Eko mengatakan bahwa waktu perulangan yang dibutuhkan sekitar 30-50 tahun. (*)