Find Us On Social Media :

Ingat Hal Ini, Sha Ine Febriyanti Mengaku Tiba-tiba Merinding, Ada Apa?

By Dianita Anggraeni, Selasa, 16 Juli 2019 | 19:15 WIB

Grid.ID - Sha Ine Febriyanti tiba-tiba saja merinding ketika mengingat kembali proses syuting film Bumi Manusia.

Hal itu diungkapkan Sha Ine Febriyanti kepada Grid.ID ketika berkunjung ke redaksi.

Sha Ine Febriyanti yang berperan sebagai Nyai Ontosoroh, Ibu dari Annelies Mellema dan Robbert Mellema itu turut mengambil andil besar dalam film Bumi Manusia garapan Falcon Pictures.

Tokoh Nyai Ontosoroh mampu mengubah pemikiran sang tokoh utama, Minke yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan.

Diceritakan sebagai seorang Nyai atau Gundik, yang pada zaman kolonial era awal abad 20 terdengar sebagai seseorang yang di cap cukup hina.

Baca Juga: Ingin Berperan sebagai Minke di Film Bumi Manusia, Adipati Dolken Mengaku Tak Cemburu dengan Iqbaal Ramadhan

Meski begitu, Nyai Ontosoroh merupakan wanita yang tangguh dan pemberani.

Ia diceritakan sebagai istri pengusaha kaya asal Belanda, Herman Mellema, namun tidak menikah secara sah.

Nyai Ontosoroh yang bernama Sanikem hidup dengan berbagai derita.

Dia dijual oleh sang ayah kepada Herman Mellema saat berusia 14 tahun.

Beruntung, Herman Mellema adalah sosok pria penyayang.

Nyai Ontosoroh diberikan kedudukan tinggi dan diajari cara mengelola perusahaan susu, ladang, serta peternakan.

Menjadi salah satu tokoh yang berperan penting dalam film, Ine pun tak bisa melupakan masa-masa syuting tersebut.

Ada satu adegan menarik yang membuatnya tak bisa dilupakan begitu saja, hingga membuat bulu kuduknya berdiri.

Baca Juga: Film Bumi Manusia dan Film Perburuan akan Tayang Serentak, Adipati Dolken Sebut Hari Pramoedya Ananta Toer

"Film ini nggak digarap sembarangan. Jadi aku ngerasa semua orang yang terlibat mulai dari pemain, kameraman, kita mengerahkan semuanya sama-sama dengan keterbatasan yang ada mungkin saat itu, itu yang membuat kita nggak lupa sampai sekarang."

"Kadang-kadang debunya, kondisi yang nggak kondusif itu dikemudian hari menjadi hal yang manis. Peran kita kan berat, menguras energi dari pagi."

"Satu yang sangat menarik buat saya ketika rumah saya diserang oleh orang Belanda, wah ini benar-benar kaya di Wonokromo, wah jiwa saya beneran kaya ada di era itu. Saya merinding banget, dan itu kaya real. Itu yang nggak bisa saya lupain," cerita Ine panjang lebar.