Find Us On Social Media :

Meski Hidup Bergelimang Harta, 3 Pangeran dan Putri Arab Saudi Alami Hal Tragis, Nomor Tiga Bahkan Sampai Bunuh Diri

By Violina Angeline, Sabtu, 17 Maret 2018 | 19:00 WIB

Pangeran dan Putri Arab Saudi yang alami hal tragis | kolase

Laporan Wartawan Grid.ID, Dewi Lusmawati

Grid.ID – Menjadi putri atau pangeran kerajaan Arab Saudi identik dengan kekayaan luar biasa, hidup mewah dan bergelimang harta.

Pasalnya tiap pangeran dan putri kerajaan Arab Saudi menerima tunjangan bulanan.

Jumlahnya juga tak main-main.

Dikutip Grid.ID dari artikel terbitan Huffington Post pada 6 Desember 2017, seorang putri atau pangeran menerima $ 200.000 - $ 270.000 (sekitar Rp 2,7- Rp 3,7 miliar) per bulan.

(BACA: Ya Ampun, Inilah Kekayaan Pangeran Arab yang Ditangkap Atas Perintah Komite Anti Korupsi)

Dengan jumlah tunjangan tiap bulan yang nilainya fantastis ini, tak heran membuat para keturunan kerajaan Arab hidup mewah.

Mereka terbiasa hidup dengan dikelilingi oleh fasilitas super yang memadai.

Bahkan ada beberapa orang yang menganggap hidup pangeran dan putri Arab cenderung boros.

Tapi agaknya uang tidak menjadi ukuran kebahagiaan bagi mereka.

Terlepas dari jumlah uang yang mereka miliki, 3 putri dan pangeran Arab Saudi ini justru alami kehidupan yang sulit dan tragis.

1. Pangeran Alwaleed bin Talal, tidur di lantai hotel

Ia adalah keponakan Raja Salman dan salah satu orang terkaya di dunia.

Dikutip dari Kompas.com, sejumlah foto muncul di media sosial pada pertengahan November 2017 lalu.

Foto-foto itu memperlihatkan para pangeran dan menteri Arab Saudi ditangkap karena dituduh korupsi.

Mereka tidur di lantai hotel Ritz Carlton, Riyadh.

Dalam foto itu terlihat mereka tidur di atas matras yang digelar di salah satu ruang serbaguna di hotel berbintang lima itu.

Salah seorang pangeran yang ditangkap di hotel itu adalah Pangeran Alwaleed bin Talal.

Pangeran yang merupakan Miliuner Arab Saudi itu dibebaskan pada hari Sabtu (27/1/2018).

Ia dibebaskan setelah hampir tiga bulan ditahan.

Pangeran tersebut dibebaskan menyusul adanya kesepakatan keuangan dengan pemerintah.

Namun sayangnya, jumlah kesepakatan tersebut tidak diungkapkan ke media.

2. Putri Hassa binti Salman, jadi buronan di Prancis

Melansir artikel terbitan The Independent pada 16 Maret 2018, surat perintah penahanan untuk Putri Hassa telah diterbitkan di Prancis.

Putri Hassa diduga memerintahkan pengawalnya untuk menyerang seorang pria dalam pekerjaannya di apartemennya di Paris.

Menurut sebuah sumber, sebuah surat perintah dikeluarkan untuk putri Hassa yang merupakan putri Raja Salman, dan saudara tirinya Putra Mahkota Mohammad bin Salman.

Surat penangkapan itu muncul dari laporan seorang penggugat yang tak lain adalah pekerja renovasi di apartemen Putri Hassa.

Kasus itu berawal dari pekerja renovasi yang mengambil foto ruangan yang akan ia renovasi pada September 2016.

Putri Hassa tak suka dengan aksi pekerja itu dan  menuduhnya akan menjual foto apartemennya yang terletak Avenue Foch pada media.

Putri Hassa lalu memerintahkan seorang pengawal untuk menyerang pekerja itu.

Sang pekerja mengatakan bahwa dia dipukul di wajah oleh pengawal.

Tak hanya itu, tangannya diikat dan dia kemudian terpaksa mencium kaki sang putri.

Putri Hassa memang dikenal sebagai pribadi yang menjunjung tinggi privasi.

Bahkan media lokal maupun internasional tidak pernah ada yang benar-benar berhasil memotret wajah Putri Arab Saudi tersebut.

3. Pangeran Bandar Bin Abdul Aziz-al Saud, bunuh diri di Bandara

 

Pangeran Saudi satu ini melakukan bunuh diri di Bandara London.

(BACA: Pangeran Arab Jadi Sorotan, Gencar Perangi Korupsi Tapi Beginilah Kemewahan di Dalam Rumahnya)

Ia lebih memilih mati sebelum dideportasi.

Video berdurasi 22 detik tersebut menunjukkan detik-detik Pangeran Bandar Bin Abdul Aziz-al Saud meloncat dari balkon atas Bandara London.

Hal ini terjadi ketika dia terkejut melihat sejumlah penjaga yang mengira akan mendeportasinya.

Dikutip dari artikel terbitan Independent National News pada 15 Maret 2018, Pangeran Bandar diketahui tidak ingin dideportasi dari Inggris. (*)