Find Us On Social Media :

Mengagumkan, Seorang Wanita Menjadi Relawan di Rumah Sakit Apung Sipil Terbesar Selama 30 Tahun

By Linda Fitria, Jumat, 23 Maret 2018 | 01:06 WIB

Susan Parker dan keluarga

Laporan Wartawan Grid.ID, Septiyanti Dwi Cahyani

Grid.ID - Awalnya, Susan Parker mengira bahwa ini akan menjadi petualangan jangka pendek dalam hidupnya.

Mungkin akan menyenangkan baginya ketika ia bisa membantu kesulitan orang lain.

Seperti yang dilansir Grid.ID dari laman People, Susan Parker memutuskan untuk mendaftar menjadi relawan di sebuah Rumah Sakit Apung Sipil terbesar di dunia pada tahun 1987.

Mercy Ships sendiri akan memberikan perawatan medis kepada orang-orang yang membutuhkan.

Susan berpikir bahwa bisa membantu orang-orang yang tinggal di kapal dan mengunjungi pelabuhan Meksiko Lazaro Cardanes adalah hal yang menyenangkan.

(BACA : Peristiwa Pembajakan Garuda Indonesia 206, Saat Pertama Kali Negara Berurusan dengan Teroris)

Sebelumnya, Susan tidak pernah berpikir jika hidupnya akan berlangsung sangat lama di kapal itu.

Karena ia juga memiliki pekerjaan di dunia industri garmen yang ada di Los Angeles.

Tapi ternyata, dugaan Susan itu salah besar.

Kerja keras dan komitmennya untuk membantu orang lain sangat tinggi.

Tanpa terasa enam bulan sudah berlalu menjadi satu tahun.

Dan waktu satu tahun itu masih terus berlanjut sampai lima tahun.

(BACA : Inilah 3 Permintaan Nyak Sandang, Penyumbang Pembelian Pesawat Pertama RI Saat Bertemu Jokowi)

Sampai akhirnya, Susan jatuh cinta dengan seorang ahli bedah maksilofasial kapal.

Ahli bedah yang bernama Gary Parker itu berasal dari Amerika.

Mereka berdua memikirkan satu hal yang sama.

Bahwa mereka tidak akan berlama-lama lagi tinggal di dalam kapal itu.

Namun ternyata sekali lagi dugaan mereka salah.

Keluarga Parker tetap tinggal di kapal itu sampai 30 tahun lamanya.

(BACA : Ramai Soal Isu #deletefacebook, Mark Zuckerberg Akhirnya Angkat Bicara)

Pasangan itu akhirnya membesarkan kedua anaknya di dalam kapal.

Tentu ini bukanlah suatu hal yang mudah.

Karena kapal bukanlah tempat yang aman untuk anak-anak.

Anak-anak juga tidak dapat menikmati fasilitas yang diberikan, seperti olahraga, musik ataupun klub minat khusus lainnya.

Saat ini, kedua anak Susan belajar di perguruan tinggi.

Ia bersyukur pernah mengalami hal yang besar itu di masa lalu.

(BACA : Cabai dan 3 Makanan Lain yang Bisa Kurangi Rasa Lapar, Cocok nih Buat Pelaku Diet!)

Pekerjaan pertama Susan adalah sebagai asisten ketua Mercy Ships.

Ia bekerja selama 12 jam dalam satu hari dan kembali ke kabinnya pada malam hari.

Menurut Susan, tinggal di kapal sama seperti tinggal di sebuah asrama.

Terlalu panas dan seringkali menjengkelkan.

Awalnya, Susan sempat mengalami demam kabin.

Namun demamnya itu seketika sirna tatkala Susan melihat orang-orang yang menderita dan harus segera diselamatkan nyawanya.

(BACA : 9 Cara Menghindari Masalah Kesehatan Perut Saat Travelling)

Dalam kehidupan sehari-hari, para sukarelawan merasakan kebosanan dan kegembiraan secara bersamaan.

Sejak pekerjaan pertama itu, Susan telah memegang berbagai posisi di dalam kapal.

Mulai dari tenaga administrasi rumah sakit hingga direktur pelatihan.

Bisa bertahan selama 30 tahun hidup di kapal tentu bukanlah hal yang mudah.

Di akhir perbincangannya dengan tim People, Susan mengatakan bahwa semua ini adalah tentang keinginan kuat untuk membantu orang lain dari dalam hati. (*)