Find Us On Social Media :

Dipuja dan Datang Pukul 3 Pagi, Batu Prasasti Keraton Agung Sejagat Terdapat Ukiran Telapak Kaki Serta Trisula, Empu Wijoyo Guno Sang Pembuat: Desainnya dari Raja Totok Sendiri

By Nopsi Marga, Rabu, 15 Januari 2020 | 13:44 WIB

Batu Prasasti yang ada di Keraton Agung Sejagat

Grid.ID - Publik kini tengah gempar dengan adanya Keraton Agung Sejagat (KAS).

Keraton Agung Sejagat ini berada di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah.

Mayoritas warga Desa Pogung merasa terganggu dengan kegiatan yang dilakukan oleh pengikut Keraton Agung Sejagat.

Totok Santosa, yang mengaku sebagai Raja di Keraton Agung Sejagat, sempat mengundang awak media untuk meliput kerajaannya itu.

Namun, setelah kerajaannya menjadi viral, Totok dan Fanni Aminadia, yang mengaku sebagai Kanjeng Ratu Dyah Gitarja justru diamankan oleh kepolisian.

Baca Juga: Sebelas Dua Delas dengan Baju Kerajaan Brunei Darussalam, Harga Seragam Keraton Agung Sejagat Tembus Rp 3 Juta dan Wajib Dibayar Setiap Anggotanya

Melansir laman Kompas.com, Totok ditangkap bersama Fanni pada Selasa (14/1/2020) sekitar pukul 17.00 WIB, saat menuju ke Keraton Agung Sejagat.

Dari dugaan polisi, kelompok yang dipimpin oleh Totok itu telah melakukan penipuan dan berita bohong ke masyarakat.

Dalam pemberitaan Kompas.com lainnya, Kabag Humas dan Protokol Pembkab Purworejo Rita Purnama mengatakan bahwa bangunan Keraton Agung sejagat tak memiliki izin.

Lebih lanjut, Rita mengungkapkan bahwa KAS menyatakan bahwa tak perlu izin karena sudah mendapat izin dari berbagai negara.

Baca Juga: Koar-koar Sebagai Penerus Majapahit dan Sriwijaya, Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat Melempem Saat Ditangkap Polisi dan Hanya Pakai Kemeja Putih dengan Bawahan Jarik

Hal itu jelas menyalahi aturan yang ada di Pemkab Purworejo.

Untuk itu pihak pemerintah daerah telah memastikan akan menghentikan segala kegiatan kelompok tersebut.

Selain tak adanya izin, di keraton tersebut juga ada sebuah batu besar, yang disebut sebagi prasasti oleh pengikut Keraton Agung Sejagat.

Batu yang disebut prasasti tersebut bahkan terdapat banyak ukiran.

Baca Juga: Kemunculan Keraton Agung Sejagat Bikin Heboh, Warga Sekitar Kaget dengan Kemunculan Batu Prasasti yang Datang Pukul 3 Pagi!

Dari penuturan warga sekitar, Batu tersebut selalu ditutupi dengan kain mori.

Dilansir Grid.ID dari laman Tribun Jateng, batu prasasti yang berukuran 1,5 meter itu merupakan buatan Empu Wijoyo Guno.

Menurut Empu Wijoyo Guno, di batu prasasti ada banyak ukiran yang mempunyai makna.

"Tulisan Jawa itu artinya adalah Bumi Mataram Keraton Agung Sejagad," katanya kepada Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Baca Juga: Tutupi Kehamilannya, Wanita Purworejo Ini Melahirkan Sendiri di Kamar Mandi Hingga Tega Sumpal Mulut Bayinya Sampai Meninggal di Dalam Lemari

Dari penuturan sang empu, Mataram dalam batu prasasti tersebut berarti 'Mata Rantai Manusia'.

"Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun.

"Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.

Gambar Cakra yang terukir pada batu prasasti menggambarkan waktu dan kehidupan manusia, dan dalam cakra tersebut terdapat 9 dewa.

Selain ukiran Cakra, ada pula ukiran Trisula yang bermakna keilmuan. Selain itu, ada gambar telapak kaki yang bermakna tetenger.

Baca Juga: Viral 2 Pelajar SMK di Purworejo Dikeluarkan Gara-Gara Ikut Demo, Pihak Sekolah Buka Suara

"Telapak kaki ini artinya adalah jejak atau petilasan. Kaki itu adalah tetenger kaisar," jelasnya

Wijoyo mengaku mengukir batu prasasti tersebut selama dua minggu.

Sementara itu, tulisan Jawa yang ada di batu prasasti tersebut diartikan sebagai dimulainya sebuah peradaban baru.

"Kerajaan ini adalah kerajaan dengan sistem damai. Artinya tanpa perang, berkuasa, oleh karena itu ditandai dengan deklarasi perdamaian dunia," katanya.

Baca Juga: Setahun Beraksi, Pria Misterius Teror Warga Purworejo: Cium hingga Gerayangi Tubuh Belasan Wanita saat Sedang Tidur

Wijoyo juga menjelaskan bahwa kekuasaan seluruh dunia berada di bawah naungan KAS. Pernyataan itu sesuai dengan keterangan punggawa lainnya.

"Negara-negara didunia adalah fasal-fasal atau menjadi bagian dari kami.

"Mataram itu di semua negara ada. Mataram maksudnya adalah adalah nama 'Mata Rantai Manusia'. Di mana ada kehidupan disitu ada bumi," ujarnya.

Mataram yang tertera di batu prasasti itu tak ada hubungannya sama sekali dengan kerajaan Mataram.

Dari penuturan Wijoyo, semua yang ada dalam batu prasasti itu telah dikonsep oleh Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat.

Baca Juga: 5 Destinasi Wisata Menarik di Purworejo, Tempat Ayah Ani Yudhoyono Berasal

Ada gambar simbol penjaga dan ukiran empat penjuru mata angin, siang dan malam, logo kerajaan Majapahit, dan pada bagian bawah ada gambar baruna naga yang berarti lautan.

Keberadaan batu prasasti membuat warga resah, karena datang pagi-pagi buta.

"Batu besar kala itu datang sekira pukul 03.00 WIB pagi.

"Saya melihat ternyata sudah dibungkus kain kafan (kain putih) seperti kain mori," ujar Sumarni kepada Tribunjateng.com, Senin (13/1/2020)

Ada pula berbagai macam sesaji dan dupa di sekitar batu besar tersebut.

Para pengikut sudah hadir dan menghadap ke selatan, seolah-olah memuja batu prasasti tersebut.

Baca Juga: Viral, Remaja Purworejo Terserempet Kereta Saat Asik Selfie, Nggak Nyangka Gini Kondisinya Setelah Menantang Maut

(*)